Sampai saat ini baru PDI-Perjuangan yang tegas melawan arogansi massa FPI itu. Yang lain melempem dan malah cenderung mencari aman dengan mengeluarkan pernyataan yang diplomatis. Di tahun Pilkada, partai mana yang mau dicap antiIslam?
Arogansi FPI di jalanan dan mulut HRS akhirnya terhenti ketika TNI terpaksa turun untuk menunjukkan kekuatan. Harus diakui, Polisi kewalahan mengurus massa ini. Karena anak buahnya tidak tegas, Kapolri mencopot bawahannya. Irjen Nana Sudjana dan Irjen Rudy Sufahriadi.
Pencopotan dua Kapolda Metro Jaya dan Jawa Barat adalah bukti bahwa Kapolri tidak main-main dengan bawahannya yang tidak berani bertindak tegas. Melihat ketegasan Polri, TNI pun juga mulai mensolidkan barisannya.
Panglima TNI Hadi Tjahjanto keluar memberi pernyataan bahwa perusuh akan berhadapan dengan TNI. Ia bahkan mengunjungi markas pasukan khusus untuk melihat kesiapsiagaan pasukan. Rupanya, ada hal genting yang tidak diketahui publik tetapi mulai diendus aparat keamanan.
Tidak ada pemimpin FPI yang berani berkomentar banyak setelah itu. Mereka sadar, bahwa mereka mungkin bisa membangun bargain dengan Partai Politik, tetapi tidak dengan institusi Polri dan TNI. Sejak Pilkada DKI, Polri dan TNI memang diadu domba oleh kedua kelompok ini.
Polri dijelek-jelekkan dan TNI dijunjung tinggi. Waktu itu, Panglima TNI Gatot Nurmantyo kemakan hasutan mereka yang ingin mencalonkan dia menjadi Presiden. Untuk menarik kontras, Kapolri saat itu Tito Karnavian dijadikan musuh bersama.
Namun apakah institusi TNI bisa diarahkan begitu saja oleh Gatot Nurmantyo? Tentu tidak! Ketika Gatot "dicopot" sebelum waktu pensiun dan digantikan oleh Hadi Tjahjanto, soliditas TNI dan Polri semakin menguat. Kapolri baru Idham Aziz mempertahankan soliditas tersebut.
Menariknya, pada 19 November kemarin, sebuah video beredar di melalui aplikasi berbagi pesan. Video menampilkan iring-iringan mobil berlapis baja milik TNI, tengah melintasi Petamburan dengan sirine yang meraung-raung.
Dalam video, mobil lapis baja tersebut bertuliskan Komando Operasi Khusus (Koopssus). Mobil sempat berhenti di Jalan Petamburan, atau di depan gang menuju markas FPI. Tidak jelas apa yang membuat iring-iringan itu berhenti. Selama berhenti, sirine terus meraung-raung.
Kapuspen TNI ketika ditanyai terkait hal tersebut belum menjawab. Kita bertanya, apa maksudnya TNI melakukan hal tersebut? Tentu ini adalah aksi simbolik yang mau mengatakan bahwa FPI jangan main-main dengan Negara.
Ketegasan TNI tidak bisa digoyang oleh siapapun. Usai sikap tegas yang disampaikan Panglima, Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman juga angkat bicara. Ia secara tegas mengingatkan Rizieq Shihab untuk tidak berkata kotor kepada masyarakat dan institusi TNI-Polri.