Mohon tunggu...
Hanif Rizky Ihsani
Hanif Rizky Ihsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Radikalisme di Era Modern

6 Desember 2024   21:10 Diperbarui: 6 Desember 2024   21:13 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Toleransi adalah keimanan yang paling utama. Toleransi dalam Islam menolak sikap fanatisme dalam perbedaan. Islam juga tidak membenarkan adanya paksaan. Kewajiban kita hanyalah menyampaikan agama Allah dengan cara yang baik, bukan dengan berlebihan dan kekerasan, agar mereka masuk agama Islam dengan kesadaran dan hati mereka sendiri, bukan karena paksaan. Ayat ini menjadi dasar bahwa Islam tidak disebarkan dengan paksaan, kekerasan, pedang. Islam tidak bisa disebarkan dengan bom. Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, saling mengasihi terhadap seluruh isi alam.

Pada era modern ini, di mana informasi meyebar dengan sangat cepat melalui media social dan internet, tantangan untuk melawan narasi narasi radikalisme semakin besar. Penyalahgunaan dalil dalil agama oleh kelompok kelompok tertentu menambah urgensi bagi umat islam untuk memperkuat pemahaman agama yang benar. Pendidikan agama yang menekankan moderasi dan toleransi menjadi solusi penting untuk meluruskan pemahaman yang kelir dan mencegah penyebaran ide ide radikal.

Untuk mencegah radikalisasi di era modern, langkah-langkah yang tepat perlu dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat, terutama umat Islam. Salah satu cara yang paling efektif adalah dengan meningkatkan pendidikan agama yang menekankan pada prinsip moderasi (wasathiyah) dan toleransi. Pendidikan ini mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang menekankan perdamaian, keadilan, dan kasih sayang, bukan kekerasan atau intoleransi. Kurikulum pendidikan agama di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi harus dilengkapi dengan pengetahuan tentang konteks sejarah dan sosial dari ajaran Islam, sehingga tidak ada pemahaman yang sempit dan ekstrim.

Selain itu, peran ulama dan tokoh agama sangat penting dalam memberikan tafsiran yang tepat tentang dalil-dalil agama. Mereka harus mampu mengedukasi masyarakat untuk tidak mengambil ayat atau hadis secara terpisah dari konteks sejarah dan sosialnya. Sebagai contoh, hadis-hadis yang sering disalahartikan dan digunakan untuk membenarkan kekerasan harus dijelaskan dengan lebih detail sehingga masyarakat dapat memahami maksud yang sebenarnya dan menghindari penggunaan dalil-dalil tersebut untuk melakukan tindakan ekstrim.

Penyebaran informasi di era digital juga merupakan tantangan besar. Oleh karena itu, penting untuk membangun platform media sosial yang sehat, yang bisa menjadi  media untuk menyebarkan pesan-pesan damai dan toleransi. Masyarakat harus diberikan pemahaman tentang bahaya penyebaran ideologi radikal melalui internet, serta cara mengenali dan melawan informasi yang salah atau menyesatkan. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat sipil, dan media massa sangat penting dalam membangun narasi yang lebih positif dan membangun kesadaran akan pentingnya perdamaian.

Pendidikan karakter juga perlu ditanamkan dalam setiap lini kehidupan, mulai dari keluarga, sekolah, hingga lingkungan sosial. Mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, empati, dan saling menghormati dapat mencegah munculnya sikap intoleransi dan ekstremisme sejak dini. Selain itu, menciptakan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan sosial juga dapat mengurangi potensi munculnya paham radikal, karena kesenjangan sosial sering kali menjadi pemicu bagi kelompok-kelompok yang mencari identitas dan tujuan melalui cara-cara yang salah.

Melalui pendekatan yang komprehensif ini, kita dapat bersama-sama mencegah radikalisasi di era modern dan memastikan bahwa ajaran Islam tetap menjadi cahaya yang membawa kedamaian.

Wallahu a'lam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun