"Aku merindu, tidakkah kau juga?"
"Aku sesak!"
"Mengapa ini begitu berat?"
"Sederhana, hanya saja realitas menyulitkannya!"
"Kau tahu, orang-orang mungkin saja benar"
Ini bukan percakapan kita saat dipantai, ini flooding yang pernah keluar dari pertemuan-pertemuan kita yang lalu dan tidak sampai disitu saja, masih ada lagi yang lain hanya saja aku tak ingin lagi menuliskannya. Karena aku sangat ingin mewujudkan satu flooding yang pernah berucap dari birbir kita, entah apa yang mendorong kita melakukan itu. Mungkin aku tahu alasannya, kaupun pernah mendengar jawaban dariku ketikau kau menanyai itu. "Kaulah perempuan yang menjadikanku pribadi yang terbuka, dan kau menegaskan bahwa kau mampu memahami ku melebihi perempuan-perempuan lain" Ujarku, tapi sepertinya kau berada setelah ibu dan kakak perempuanku, hha.
"Aku ingin menikah denganmu"
Kau tahu, aku berharap bisa membasahi mataku saat membawa lara duka ku kepada Sang Maha, mengecupmu lewat do'a adalah hal terbaik yang bisa kulakukan. Kau tahu meskipun ku tahu kau merasa tidak mampu memahamiku sebaik apa yang telah ku katakan, tapi percayalah pada kata-kataku, kau melakukannya dengan baik. Jika ada hal yang tidak kau pahami, itu bukan karena aku tak ingin berbagi. Maaf,. itu saja.
Adikku yang baik hatinya,
semua yang ku tahu tak bersisa lagi untukmu_^..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H