Mohon tunggu...
Hanif Rangga
Hanif Rangga Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Psikolog Candidate

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Solilokui - Sebuah Senyum yang Tak Bisa Bertahan Lebih dari Sedetik

30 September 2012   19:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:26 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Aku merindu, tidakkah kau juga?"

"Aku sesak!"

"Mengapa ini begitu berat?"

"Sederhana, hanya saja realitas menyulitkannya!"

"Kau tahu, orang-orang mungkin saja benar"

Ini bukan percakapan kita saat dipantai, ini flooding yang pernah keluar dari pertemuan-pertemuan kita yang lalu dan tidak sampai disitu saja, masih ada lagi yang lain hanya saja aku tak ingin lagi menuliskannya. Karena aku sangat ingin mewujudkan satu flooding yang pernah berucap dari birbir kita, entah apa yang mendorong kita melakukan itu. Mungkin aku tahu alasannya, kaupun pernah mendengar jawaban dariku ketikau kau menanyai itu. "Kaulah perempuan yang menjadikanku pribadi yang terbuka, dan kau menegaskan bahwa kau mampu memahami ku melebihi perempuan-perempuan lain" Ujarku, tapi sepertinya kau berada setelah ibu dan kakak perempuanku, hha.

"Aku ingin menikah denganmu"

Kau tahu, aku berharap bisa membasahi mataku saat membawa lara duka ku kepada Sang Maha, mengecupmu lewat do'a adalah hal terbaik yang bisa kulakukan. Kau tahu meskipun ku tahu kau merasa tidak mampu memahamiku sebaik apa yang telah ku katakan, tapi percayalah pada kata-kataku, kau melakukannya dengan baik. Jika ada hal yang tidak kau pahami, itu bukan karena aku tak ingin berbagi. Maaf,. itu saja.

Adikku yang baik hatinya,

semua yang ku tahu tak bersisa lagi untukmu_^..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun