Sejumlah analis berpendapat, bahwa seaglider yang ditemukan di Selayar, identik dengan UUV Sea Wing atau Haiyi. Sebuah drone bawah laut yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Cina. Menurut TNI-AL, alat ini dapat dipergunakan untuk kepentingan sipil maupun kepentingan intelijen dalam militer. Kegunaanya ialah untuk mengumpulkan data oseanografi dan batimetri yang dikirimkan melalui komunikasi satelit.Â
Ironisnya, penemuan UUV serupa di wilayah perairan Indonesia tidak hanya terjadi sekali, namun sampai tiga kali. Pertemuan pertama terjadi pada 2019, oleh seorang nelayan di Pulau Tenggel, Kepulauan Riau, dan penemuan ketiga terjadi pada Januari 2020, tepatnya di wilayah perairan Masalembu, Sumenep, Jawa Timur.
Cina pada tahun 2023 merilis sebuah Peta Standar Cina Edisi 2023, yang di mana dalam peta tersebut, sembilan garis putus-putus yang sudah ada sebelumnya, bertambah menjadi 10 garis putus-putus. Peta baru yang dirilis pada Senin 28 Agustus 2023, meningkatkan tensi Cina dengan sejumlah negara, sebab melalui peta tersebut, Cina melakukan klaim sepihak atas wilayah laut negara India, Malaysia dan Filipina. Peta ini disinyalir menabrak garis batas kedaulatan negara-negara tersebut dan lagi-lagi bertentangan dengan prinsip UNCLOS 1982.Â
Aksi-Aksi ilegal yang bertentangan dengan UNCLOS 1982 dan terus-menerus dilakukan oleh Cina di wilayah Natuna Utara, memberikan gambaran bagaimana kedaulatan bangsa ini menghadapi tantangan yang tidak main-main.
Dinamika Geopolitik Tak Pasti
Sengketa 9DL di antara Cina dan sejumlah negara Asia Tenggara tidak hanya menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tensi geopolitik di kawasan terus memanas. Melainkan, turut dipicu dengan munculnya rivalitas hegemoni yang kuat di antara Cina dan Amerika Serikat (AS).Â
Sebagai negara yang mendukung prinsip Indo Pasifik yang Bebas dan Terbuka (Free and Open Indo-Pacific), Amerika Serikat menjadi kompetitor paling kuat Cina di kawasan, baik dari segi ekonomi maupun militer. Kapal-kapal armada Angkatan Laut AS (US NAVY) Â ikut memainkan peran memperkuat kehadiran mereka di kawasan Indo Pasifik, termasuk di sekitar kawasan Laut Cina Selatan.Â
Rivalitas pengaruh (Influence) di kawasan Asia Tenggara di antara AS-Cina, menjadikan dinamika geopolitik kawasan semakin kompleks. Untuk membendung pengaruh dan aksi militerisasi Cina di LCS, AS memperkuat kerjasamanya dengan negara-negara aliansi yang ada di sekitar kawasan.Â
Terbentuknya aliansi militer trilateral di antara AS-Inggris-Australia dengan nama "AUKUS" pada September 2021, yang dimana kerjasama ini memungkinkan Australia untuk mengakuisisi dan mengoperasikan kapal selam nuklir menjadikan kondisi di kawasan kian dinamis.Â
Bersamaan dengan hadirnya AUKUS, artinya menambah daftar panjang aliansi militer yang sudah ada dan mengepung wilayah Indonesia, seperti misalnya, Five Power Defence Arrangements (FPDA) beranggotakan negara-negara persemakmuran Inggris seperti Australia, Singapura, Malaysia dan Selandia Baru maupun adanya Australia, New Zealand, United States Security Treaty (ANZUS).