Mohon tunggu...
Abdullah Hanif
Abdullah Hanif Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer | Novelis

Membaca, lalu berbagi

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

Jangan "Down" Hadapi Buku Tebal! (Sebuah Jurnal)

28 Maret 2023   15:03 Diperbarui: 3 April 2023   17:30 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Definisi "buku tebal" untuk setiap orang bisa jadi berbeda-beda. Untuk orang yang tidak menyukai kebiasaan membaca, buku 50-100an halaman mungkin saja dianggap sebagai buku yang tebal.

Ada pula orang yang gemar membaca buku, namun terbiasa dengan ketebalan sekitar 100-200an halaman saja. Maka, ketika ia dihadapkan pada buku dengan 300-500 halaman, ia akan menganggap buku tersebut terlalu tebal.

Berbeda lagi dengan orang yang terbiasa membaca buku dengan ketebalan mencapai 500-700 halaman, ia mungkin baru akan menganggap buku terlalu tebal, ketika bertemu dengan buku berisikan 900-1000 halaman atau lebih.

Ketebalan buku untuk sebagian orang tidaklah menjadi masalah, tapi untuk sebagian yang lain, berhadapan dengan buku tebal adalah hal yang sangat mengganggu.

Kira-kira apa ya penyebabnya? Dan bagaimana cara mengatasi sikap "down" saat berhadapan dengan buku tebal? Simak penjelasan berikut yuk!

BUTUH WAKTU LAMA MENAMATKAN BUKU TEBAL

Secara logika memang benar, semakin tebal buku yang kita baca, semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk menyelesaikan bacaan.

Namun pertanyaannya, apakah kita sedang berlomba cepat-cepatan membaca buku? Tentu saja tidak.

Buku adalah gudang ilmu, pembuka wawasan dan jendela dunia. Tujuan kita membaca adalah untuk mendapatkan ilmu, pengetahuan dan pelajaran, yang tentu saja bisa bermanfaat untuk kita sendiri dan orang sekitar.

Kita tidak sedang berlomba cepat-cepatan membaca dengan siapapun. Kita tidak sedang membanding-bandingkan kualitas dan kuantitas bacaan kita dengan orang lain. Fokus saja pada buku yang ada di tangan kita, dan selesaikan semampunya.

Toh, kenikmatan membaca buku datang dari kalimat-kalimat yang dapat kita pahami secara baik dan tidak terburu-buru.

Kita bisa resapi kata demi kata, ambil pelajarannya dan aktualisasikan kebaikan-kebaikannya dalam kehidupan.

Pahami dan sadari bahwa buku adalah sahabat kita dimanapun dan kapanpun, bahkan ketika tidak ada sinyal sekalipun. 

Jika kita memiliki mindset ini, maka berlama-lama bersama buku adalah hal yang menyenangkan.

sumber gambar: pixabay.com
sumber gambar: pixabay.com

TAKUT BOSAN!

Bosan adalah sifat alamiah manusia ketika dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sama dan berulang-ulang. Sekarang, bagaimana caranya mengatasi kebosanan tersebut?

Salah satu cara agar kita tidak bosan ketika membaca buku tebal adalah, dengan tidak hanya membaca satu buku saja, tapi bacalah dua buku secara bergantian.

Misalnya, kamu sedang membaca buku Filsafat setebal 300 halaman, nah barengi-lah dengan membaca Novel romance setebal 300an halaman.

Baca bergantian dengan Sistem Dua Bab. Misalnya, kamu selesai membaca dua bab buku filsafat, maka berikutnya adalah membaca Novel romance sebanyak dua bab pula. Kemudian, kembali ke buku filsafat sebanyak dua bab, dan seterusnya, sampai keduanya tamat.

Hal ini bisa jadi akan menghilangkan kebosananmu dalam membaca buku tebal.

Selain itu, salah satu hal yang membuat kita bosan membaca buku adalah karena buku yang kita baca tidak sesuai dengan kesukaan kita.

Jangan memaksakan diri untuk membaca buku filsafat dan buku politik, ketika kamu sebenarnya hanya menyukai Novel petualangan.

Karena percayalah, setebal apapun buku dihadapan kita, ketika kita menyukainya, kita akan menyelesaikannya dengan antusias.

BUKU TEBAL BERAT SAAT DIBAWA-BAWA

Sepertinya ini adalah alasan klise. Masih ingat saat kita sekolah dulu? Kita rela membawa 3-4 buku Paket, agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak kena marah Guru.

Tentu saja buku-buku itu memberatkan ransel di punggung kita, tapi kita tetap membawanya kan? Yes, kita pernah dan bisa membawa buku tebal kemana-mana.

Tapi kan itu kewajiban sekolah, berbeda dengan buku bacaan umum yang kita miliki? Sebenarnya itu hanya soal mindset kita saja, tapi its ok. Bagaimana kalau kita gunakan solusi sederhana saja?

Saat kita bepergian bersama buku, kita cukup membawa buku yang ringan-ringan saja. Sedangkan saat kita di Rumah, itulah saatnya kita membaca buku paling tebal yang kita punya, selesai kan?

Alasan "buku berat" bukanlah hal urgent dalam membaca buku. Sebab dari Rumah dan kamar, kita bisa membaca buku setebal apapun dengan nyaman, hanya cukup memindahkan buku tebal dari lemari ke meja atau pangkuan kita.

SEMOGA BERMANFAAT DAN SELAMAT MENCOBA!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun