gerakan yang akan kehabisan nafas sebelum tuntutan seluruhnya diakomodir atau bahkan hanya ditunda pemberlakuannya sampai saat pemerintah menemukan celah untuk memutuskan atau memberlakukan kebijakan juncto undang-undang yang ditolak oleh massa aksi contoh;
disahkannya UU Minerba, UU Cipta Kerja saat pandemi dan pemberlakuan pembatasan sosial. Jika hanya bertumpu pada parlemen jalanan tanpa merumuskan target strategis jangka panjang dan target taktis jangka pendek yang mungkin dicapai tanpa membangun artikulasi dengan organisasi politik dan tanpa diikuti dengan gerakan politik yang terstruktur melalui kerja sama dengan institusi politik, maka lagi-lagi gerakan hanya akan menemukan kebuntuan.
Belakangan isu partai mahasiswa jadi bulan-bulanan aktivis gerakan berbagai elemen, tentu partai ini tidak bisa diharapkan terlalu jauh jika melihat orang-orang dan latar belakang yang menjadi sebab berdirinya. Namun apresiasi terhadap gagasan dan keinginan mereka dalam berpartai dan kemauan mahasiswa untuk terlibat dalam politik adalah hal yang baik.
Justru yang perlu didekonstruksi adalah narasi mahasiswa itu harus netral dan berjarak dari kekuasaan karena itu adalah narasi yang naif ketika menginginkan suatu perubahan politik yang bisa kita pelajari dari keberhasilan gerakan pemuda pelajar mahasiswa di Chile yang juga terlibat aktif dalam partai politiknya masing-masing.
Mahasiswa indonesia harus clear menjadi bagian dari salah satu agenda politik tertentu. Bagian dari agenda politik Radikal, Moderat, Konservatif, Religius, Nasionalis, atau Progresif.
Bagian dari partai pemenang pemilu atau pendatang baru seperti Partai Buruh, Partai Hijau Indonesia sampai Masyumi Reborn atau bahkan membentuk partai alternatif progresif a la Chile,
apapun bentuknya yang paling penting adalah membangun artikulasi dengan organisasi politik dan dan diikuti dengan gerakan politik yang terstruktur melalui kerja sama dengan institusi politik.
Gerakan mahasiswa harus dikristalisasi sehingga kedepannya jika ada diskursus publik yang naik ke permukaan maka posisi gerakan mahasiswa menjadi jelas.
Walaupun tidak bisa dipungkiri untuk saat ini arah kebijakan partai-partai yang ada kebanyakan mengarah pada kebijakan neoliberal yang kanan meskipun slogan-slogan yang ingin dicapai adalah kesejahteraan sosial yang cenderung ke arah kiri.
Namun tidak ada satupun dari partai-partai yang ada mengaku berideologi liberal atau sosialis sekalipun.
Kalaupun ke depan ada partai yang melegitimasi neoliberal sebagai haluannya maka menjadi jelas dan terang sehingga massa mengambang (floating mass) dapat berakhir. Kita akan maju melalui perdebatan dan diskursus bahwa hal-hal yang ideologis yang akan kita turunkan menjadi program-program ke depan dan menjadi satu hal yang jelas.