Ruang itu adalah majelis-majelis, yang sifatnya terbuka, demokratis, dan memperlakukan semua partisipan secara setara.
Ada majelis berbasis teritori, yang memungkinkan gerakan mahasiswa berdialog dengan masyarakat luas. Strategi memungkinkan gerakan mahasiswa meraih dukungan luas dari masyarakat.
Kedua, secara umum gerakan mahasiswa Chile tidak memunggungi perjuangan politik. Malahan, beberapa tokohnya, seperti Camila Vallejo, Karol Cariola, Gabriel Boric, dan Giorgio Jackson, adalah kader-kader partai Izquierda Autónoma (IA), gerakan kiri yang berusaha memadukan antara marxisme dan prinsip otonomisme. Partai ini banyak menggarap aktivis mahasiswa.
Gabriel Boric, tokoh gerakan mahasiswa di Chile yang terpilih menjadi Presiden Chile di usia 35 tahun pun mengakui bahwa gerakan yang dipimpinnya kala itu tak bisa bertahan hanya sebagai gerakan sosial, namun juga harus membangun gerakan sosial sebagai sebuah ekspresi politik.
Baginya, gerakan sosial tanpa ekspresi sosial hanyalah penuntut biasa di depan pemerintah.
Belajar dari berbagai mobilisasi sosial berskala besar di Amerika latin sepanjang tahun 2000-an, ada yang berhasil merebut gedung parlemen, mengepung istana Presiden, bahkan menggulingkan Presiden, tetapi tak berhasil menaklukkan kekuasaan dan mendorong transformasi sosial yang radikal.
Pengalaman Boric bukanlah pengalaman yang unik dalam konteks Chile. Banyak mantan pimpinan aktivis mahasiswa yang sepantaran dengannya juga melihat pentingnya melanjutkan platform politik perjuangan semasa mahasiswa tersebut ke dalam agenda politik organisasi
Sejarah revolusi yang sukses menunjukkan, agar energi rakyat tak sia-sia dan bisa mengubahnya menjadi kekuatan yang mendorong perubahan, sebuah organisasi politik sangat dibutuhkan. Chantal Mouffe, dalam bukunya “For a Left Populisme”, juga memberi penekanan yang sama.
Tanpa membangun artikulasi dengan organisasi politik, sulit bagi gerakan sosial untuk memenangkan tuntutan yang berdampak pada perubahan sosial.
Sekalipun gerakan protes tersebut memiliki peran penting dalam membangun transformasi kesadaran politik, tetapi hanya jika diikuti dengan gerakan politik yang terstruktur melalui kerja sama dengan institusi politik, hasil yang signifikan dapat tercapai. Ketiga, alih-alih menumpangkan nasib dan perjuangannya pada partai-partai tradisional, para aktivis ini memilih partai progresif atau mendirikan partai alternatif.
Partai alternatif ini menekankan prinsipnya pada platform anti-neoliberalisme, demokrasi partisipatoris, dan independensi dari kelompok bisnis (oligarki).