Mohon tunggu...
Hanif Dhia Huriyah
Hanif Dhia Huriyah Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Negeri Surabaya

hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesuksesan Kepemimpinan Militeristik di Tangan Sang Jenderal Kepolisian Listyo Sigit Prabowo

22 Mei 2024   21:44 Diperbarui: 22 Mei 2024   21:44 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber: www.jawaban.com

Latar Belakang

Konsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental di dalam menganalisis proses dan dinamika di dalam organisasi. Untuk itu banyak kajian dan diskusi yang membahas definisi kepemimpinan yang justru membingungkan. Menurut Katz dan Kahn (dalam Watkin, 1992) berbagai definisi kepemimpinan pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yakni "sebagai atribut atau kelengkapan dari suatu kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai kategori perilaku". Sedangkan, pemimpin adalah pelaku yang menjalankan sikap kepemimpinan. Matondang (2008:5), mengatakan bahwa pemimpin adalah orang yang bisa memengaruhi orang lain agar orang tersebut mau melakukan atau bahkan menolak untuk melakukan sesuatu yang diinginkan oleh seorang pemimpin tersebut.

Seorang pemimpin dalam menjalankan sebuah organisasi mempunyai gaya dan tipe kepemimpinan yang digunakan dalam memberikan pengaruh dan mengorganisir anggotanya. Gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin menjadi tolok ukur karakteristik anggota sebuah organisasi dalam merepresentasikan pemimpinnya. Seperti halnya dalam gaya kepemimpinan militeristik. Sama halnya dengan Jenderal Listyo Sigit Prabowo, salah satu contoh pemimpin besar yang menggunakan gaya kepemimpinan militeristik untuk menjalankan anggotanya dalam instansi kepolisian. Terdapat ciri-ciri kepemimpinan militeristik (Tambunan, 2023), yaitu: (1) pemimpin mengarahkan anggotanya dengan perindah dan selalu berkaitan dengan tingkat jabatan atau pangkat; (2) menyukai formalitas yang berlebihan; (3) pemimpin bersifat sangat kaku terhadap anggotanya; (4) selalu menggelar upacara-upacara dalam beberapa kegiatan.

Biografi 

Jenderal Listyo Sigit Prabowo resmi dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu 27 Januari 2021, diharapkan mampu memperbaiki kinerja kepolisian dalam kasus HAM dan memberantas korupsi. Pangkatnya pun dinaikkan satu tingkat menjadi Jenderal Polisi. Sebelum menduduki pucuk pimpinan Polri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo lahir di Ambon pada 5 Mei 1969, itu menapaki karier setahap demi setahap sejak lulus Akademi Kepolisian (Akpol) pada tahun 1991. Listyo pernah memimpin Polsek Duren Sawit pada tahun 1999 dan Polsek Tambora pada 2003. Kemudian, ia diangkat menjadi Kapolres kota Surakarta pada tahun 2011, di mana ia mulai dekat dengan Jokowi yang saat itu menjabat Wali Kota Solo. Setelah bertugas di Solo, Listyo dipindahkan ke Jakarta dan menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat II Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri pada 2012.

Saat Jokowi menang Pilpres 2014, Listyo ditugaskan menjadi ajudan Presiden. Yang mana dalam peristiwa ini terdapat upacara pelantikan yang merupakan salah satu ciri utama kepemimpinan militeristik dimana terdapat upacara-upacara simbolis.Selanjutnya, ia mengepalai Polisi Daerah Banten, menjadi Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri pada 2018. Kemudian, Listyo kembali ke bidang reserse sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri pada 2019, menggantikan Idham Aziz yang saat itu diangkat menjadi Kapolri.

Masa Kepemimpinan

Sebagai seorang pemimpin, penilaian terhadap kinerja dan prestasi Jenderal Listyo Sigit dapat dilihat dari sejumlah kasus besar yang ditangani di bawah kepemimpinannya, seperti ketika ia menjadi Kabareskrim, dia sempat memecahkan beberapa kasus besar, salah satunya adalah penangkapan buron penyiram air keras pada Novel Baswedan, penangkapan buron, penegakan hukum terhadap pelanggaran berat, dan upaya penanggulangan kejahatan Listyo meminta Polri untuk menjadi lebih profesional dalam penegakan hukum dan mengutamakan hak asasi manusia (HAM). Ia berjanji untuk menyelesaikan kasus pelanggaran hak asasi manusia yang masih belum diselesaikan, seperti penyerangan terhadap Novel Baswedan.

Selain itu, Listyo menekankan betapa pentingnya bekerja sama dengan lembaga lain, seperti Kejaksaan dan KPK, dalam upaya penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Listyo mendorong peningkatan kemampuan Polri untuk menangani kejahatan siber dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi untuk membantu operasi kepolisian dalam menghadapi tantangan keamanan di era digital. Listyo juga berhasil menangkap tersangka korupsi yang menjadi buronan se-Indonesia selama 10 tahun lebih dalam kasus Hak Tagih di Bank Bali yaitu Tjoko Tjandra dalam pengejarannya di Malaysia.

Inovasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun