Tinggal tujuan pembelajaran sebenarnya diarahkan ke mana. Apakah guru ingin dinilai dari bagaimana ia mampu menggunakan teknologi terkini atau guru memiliki tujuan agar ilmunya tersampaikan dengan baik dan terpraktekkan sesuai dengan kemampuan siswa.
Hampir seluruh akademis menganggap tidak ada penggunaan teknologi canggih apapun yang bisa dianggap sangat efektif. Teknik yang disebut ideal adalah teknik yang mampu membuat peserta didik memahami dan mempraktekkan teori yang disampaikan.
Saya kurang paham pemetaan yang dilakukan kemendiknas apakah telah mempertimbangkan kondisi dan latar belakang siswa seluruh Indonesia atau tidak. Mungkin saja banyak guru di pedalaman yang menggunakan teknik mengajar dengan cara sangat tradisional namun justru bisa membuat siswa berpikir kreatif.
Setidaknya penilaian ketertinggalan guru dalam hal teknologi harus adil dan menyeluruh tidak hanya didasarkan pada kemampuan guru membuat konten di youtube, materi di Google Classroom atau soal di google form namun siswa seperti tidak mendapat apa-apa, bagai orang kampung yang turun ke kota besar dan melihatnya gemerlap kota tanpa tahu apakah ia bisa menikmati keindahannya atau justru merasa canggung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H