Mohon tunggu...
Hanifa Rufaidah
Hanifa Rufaidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya tertarik dalam menulis cerita fiksi maupun artikel populer dengan beragam konten. Saya menyukai musik, seni, sastra, dan film.

Selanjutnya

Tutup

Book

Menilik Realitas Kehidupan Melalui "Ikan Adalah Pertapa"

21 Juni 2023   14:12 Diperbarui: 21 Juni 2023   14:18 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ebooks.gramedia.com/ebook-covers/84491/image_highres/BLK_IAP1684207236715.jpg

Ada pula Nenden Lilis Aisyah, seorang penyair Indonesia sekaligus dosen di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Ia menulis cerpen, esai, dan puisi yang telah dimuat di berbagai media bahkan beberapa karyanya mendapatkan penghargaan. Ia juga pernah menerjemahkan beberapa karya sastra Korea, salah satunya kumpulan puisi Moon Changgil berjudul Apa yang Diharapkan Rel Kereta Api (2021).

Kembali pada buku Ikan Adalah Pertapa, buku ini memuat puisi-puisi yang menggambarkan realitas sosial kehidupan di negeri ginseng. Buku ini terbagi menjadi empat bagian yang terdiri atas lima belas puisi di setiap bagiannya, antara lain: (1) Bagai Kenangan Milik Cahaya yang Dekat, (2) Biseondae dan Puisi Prosais Setelah Makan Mi Dingin, (3) Gerombolan Manusia Debu, dan (4) Ada Kenyataan Belum Terbongkar. Salah satu hal yang menarik dari antologi puisi ini adalah puisi pembukanya yang berjudul "Mulai Gelap di Indonesia" yang menggambarkan perasaan penyair terhadap Indonesia sebagaimana yang ia tuliskan di "Sepatah Kata Penyair Indonesia, Negeri Khatulistiwa yang Dirindukan". Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa penyair memiliki kekaguman tersendiri terhadap Negara Indonesia. 

Ko Hyeong Ryeol menawarkan puisi dengan membawa pembaca menyelami berbagai pengalaman kehidupan melalui bahasa yang dikemas dengan indah dan padu. Misalnya, pada salah satu puisinya berjudul "Kehidupan Kereta Listrik". Sajak-sajak di dalamnya dapat diinterpretasikan sebagai gambaran kehidupan gaya modern yang dirasakan penyair yang direpresentasikan ke dalam kereta listrik. Hal lainnya yang memicu ketertarikan terhadap buku ini adalah bagaimana Ko menggunakan representasi hewan sebagai judul-judul puisinya, seperti "Mitos Ikan", "Ikan Teri", "Dua Ekor Kucing", dan "Kodok Sawah yang Memandang Lantai Dua".

Buku Ikan Adalah Pertapa diterjemahkan dengan baik. Kedua penerjemah dapat mengartikan tidak hanya bahasa, tetapi juga emosi serta esensi yang terdapat di dalam setiap puisi yang ditulis penyair. Akan tetapi, Ikan Adalah Pertapa mungkin bukanlah bacaan tepat yang bisa disodorkan kepada semua orang. Puisi-puisinya memiliki diksi yang sedikit sukar dimengerti. Selain itu, diperlukan waktu untuk memproses dan memahami isi serta makna puisi tersebut. Terlebih lagi, puisi-puisi di Ikan Adalah Pertapa menghasilkan berbagai interpretasi yang berbeda-beda sesuai pandangan pembaca.

Terlepas dari semua itu, buku Ikan Adalah Pertapa merupakan sebuah karya yang patut diacungi jempol. Membaca puisi-puisi karya Ko Hyeong Ryeol dapat membawa pembaca ke dalam imajinasi serta emosi yang bermacam-macam. Seperti komentar yang dikatakan Nenden Lilis Aisyah terhadap buku ini, "Puisi-puisi Ko Hyeong Ryeol sebenarnya bagai satu lampu yang memancarkan cahaya ke berbagai arah. Artinya, setiap puisi tidak selalu hanya memiliki satu maksud. Setiap tanda dalam puisi-puisi tersebut memiliki makna ke berbagai arah. Puisi-puisi itu, setiap dibaca, selalu menimbulkan makna baru. Betapa kayanya". (Hanifa Rufaidah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun