Pemuda: Pelopor Perubahan bukan Pelopor Penjajahan
Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti S. Ag
Lebih dari 300 pemuda hadir di acara kick-Off Z Fest 2024 Memilih Masa Depan: Waktunya Gen-z Berkolaborasi. Acara ini diselenggarakan oleh BEM Unmul, IKN Youth Forum dan Rembuk Pemuda dan dihadiri oleh para pembicara yang mewakili kaum muda dalam memperbincangkan pentingnya kolaborasi pemuda untuk membawa perubahan yang nyata.
Para pembicara tersebut adalah Drs. Alimuddin, M. Si., Deputi Bidang Sosial Budaya Pemberdayaan Masyarakat OIKN, Muhammad Pascal Caesar Giswatama, Chairman of IKN Youth Forum, Muhammad Raja Siraj, Anggota DPRD Kota Balikpapan termuda, Aidil Pananrang, Founder Rembuk Pemuda dan Dr. Agung Sakti Pribadi, S.H., M.H., Direktur Eksekutif BPH Yayasan Airlangga.
Pelopor Perubahan atau Pelopor Penjajahan?
Memang benar, pemuda adalah salah satu tonggak untuk membangun peradaban. Bahkan keberhasilan suatu bangsa ditentukan oleh nasib pemudanya. Jika pemudanya sejahtera dan berakhlak baik, maka bangsa tersebut boleh dikatakan berhasil. Namun jika yang terjadi justru sebaliknya, maka bisa jadi bangsa tersebut gagal dalam menjaga pemuda.
Oleh karenanya, peran pemuda tidak dapat diremehkan untuk memajukan suatu bangsa. Masa muda mereka tak boleh dihabiskan dengan aktivitas yang sia-sia atau malah mendukung adanya penjajahan ekonomi dan pemikiran di kalangan mereka. Pemuda harus cerdas, berkepribadian Islami dan kritis dalam melihat masalah atau berbagai peristiwa politik yang terjadi di sekitar mereka. Pemuda tak boleh apatis dan bersikap pragmatis, karena masalah-masalah yang menimpa mereka, sejatinya adalah masalah yang menimpa umat juga.
Begitupun dalam melihat acara kick-Off Z Fest 2024 yang dihadiri oleh ratusan pemuda. Pada intinya acara tersebut adalah bentuk dorongan pada pemuda agar lebih aktif terlibat dalam pembangunan IKN yang diharapkan akan berdampak positif pada pembangunan ekonomi di Kaltim. Namun tahukah mereka bahwa sejatinya peran mereka telah dibajak dalam mendukung penguasaan oligarki terhadap IKN?
Pemuda harus paham bahwa proyek IKN sejak awal terkesan dipaksakan sehingga pemerintah terpaksa berlari kesana kemari untuk mengundang investor agar mau berinvestasi di IKN seperti adanya kebijakan HGU (Hak Guna Usaha) di lahan IKN yang mencapai 190 tahun. Pemuda harus kritis bahwa jika IKN dibiayai oleh investor, maka hal ini akan menjadi jalan penjajahan oligarki terhadap monopoli lahan rakyat di IKN dan sekitarnya.
Tak lihatkah mata kita terhadap berbagai dampak buruk pemindahan IKN ke Kaltim? Seperti kondisi jalan yang rusak, minimnya ketersediaan air bersih, konflik agraria dengan masyarakat adat dan sebagainya. Lantas jika pemuda harus dibajak perannya untuk membangun ekonomi di IKN, bukankah hal ini bentuk penguasa abai terhadap nasib rakyatnya? Karena sejatinya meningkatkan ekonomi adalah tugas penguasa dalam menjamin kebutuhan rakyatnya.
Banyaknya kemiskinan dan pengangguran yang terjadi hari ini, sejatinya bukan disebabkan oleh rakyat yang tidak berkontribusi dalam membangun ekonomi. Melainkan karena kekayaan alam di negeri ini yang justru dicuri habis-habisan oleh swasta dan asing sehingga hasil kekayaan SDA hanya berputar di kalangan mereka. Jika para pemuda dituntut untuk memberikan sumbangsih ekonomi negara, tentunya mereka akan memiliki pandangan yang materialistis dan hanya sibuk mengejar materi namun jiwa mereka kering secara ruhani.
Alhasil, pemuda tak boleh menjadi pelopor penjajahan oligarki yang berkedok pemindahan IKN. Pemuda harus jeli dalam melihat persoalan IKN, bukan malah mensukseskan proyeknya yang sejatinya memang tak pernah membawa kemaslahatan untuk rakyat. Dalam sistem kapitalisme sekuler liberal yang diterapkan negara hari ini, rakyat memang hanya dianggap sebagai objek yang berfungsi memperkaya APBN. Sementara kekayaan alam yang jumlahnya melimpah justru tak pernah dirasakan rakyat.
Pemuda Islam Pelopor Perubahan
Memimpin perubahan memang butuh ilmu, semangat dan kesadaran terhadap realitas yang ada di sekitar. Terlebih perubahan yang diinginkan bukan sekedar asal berubah melainkan harus perubahan yang bisa memperbaiki realitas yang ingin diubah. Dalam hal ini, Islam tentu memiliki peran untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan. Sebagaimana Rasulullah saw., dahulu yang mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat tinggi nan mulia dengan dakwah Islam
Oleh karenanya, Islam harus dijadikan asas perubahan karena Islam bukan sekedar agama ritual melainkan juga ideologi yang memiliki aturan untuk memyelesaikan seluruh permasalahan manusia. Mulai dari ekonomi, pergaulan, politik, sosial budaya, kesehatan, pendidikan bahkan dalam pemindahan IKN pun Islam juga mengatur semuanya. Semua aturan Islam berasal dari Tuhan yang paling mengetahui diri kita. Dengan begitu, jika seluruh aturan Islam diterapkan tentu akan membawa kesejahteraan untuk seluruh alam yang pernah terekam dalam sejarah selama 14 abad dahulu.
Dalam memimpin perubahan, pemuda tentunya harus menjadikan Islam sebagai kepemimpinan berfikir karena Islam adalah konsekuensi dari syahadat mereka dan yang akan menghancurkan sistem demokrasi sekuler kapitalis yang nyata-nyata memang tak membawa kemaslahatan untuk rakyat. Potensi pemuda tak boleh dibajak oleh oligarki dan penguasa yang tak pernah peduli terhadap nasib rakyat. Pemuda harus terus kritis dan menyampaikan aspirasinya terhadap kebijakan-kebijakan penguasa yang tak sejalan dengan Islam seperti halnya proyek IKN ini.
Rasulullah saw., pun memuji aktivitas mengkoreksi penguasa yang zalim dan menyampaikan kebenaran. "Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar kepada pemimpin yang zalim." (HR Ahmad). Oleh karenanya, pemuda tak boleh lelah dalam mengkoreksi penguasa agar kepemimpinan di negeri ini berjalan sesuai syariat-Nya. Pemuda harus jeli dalam melihat segala persoalan dengan sudut pandang Islam, rutin mengkaji Islam dan mendakwahkannya ke tengah-tengah umat agar umat semakin paham bahwa penderitaan yang mereka alami, sejatinya karena mereka telah mencampakkan aturan Islam dan lebih memilih aturan yang bukan dari Islam.
Dengan demikian, hanya Islam yang bisa melahirkan pemuda yang bertakwa, menjauhi maksiat dan seluruh potensi mereka hanya digunakan untuk kebangkitan Islam. Sebagaimana Muhammad Al-Fatih di usia 21 tahun berhasil menaklukkan Konstatinopel, Usamah bin Zaid (18 tahun) yang telah dipercaya Nabi untuk menjadi komandan pasukan perang, Mushab bin 'Umair, duta Islam pertama di Madinah dan masih banyak lagi. Alhasil, penerapan Islam sebagai sistem bernegara adalah agenda yang tidak bisa ditunda lagi demi menyelamatkan nasib pemuda dan nasib bangsa.
"Pemuda itu hidup dengan ilmu dan karyanya, jika ilmu dan karyanya tidak didedikasikan untuk kebangkitan Islam, maka sia-sia hidupnya."-anonim. Wallahu 'alam bis shawab.
Sumber: Harian Jurnal 24 November 2024 (https://harianjurnal.com/opini/8174-pemuda-pelopor-perubahan-bukan-pelopor-penjajahan)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H