Banyaknya kemiskinan dan pengangguran yang terjadi hari ini, sejatinya bukan disebabkan oleh rakyat yang tidak berkontribusi dalam membangun ekonomi. Melainkan karena kekayaan alam di negeri ini yang justru dicuri habis-habisan oleh swasta dan asing sehingga hasil kekayaan SDA hanya berputar di kalangan mereka. Jika para pemuda dituntut untuk memberikan sumbangsih ekonomi negara, tentunya mereka akan memiliki pandangan yang materialistis dan hanya sibuk mengejar materi namun jiwa mereka kering secara ruhani.
Alhasil, pemuda tak boleh menjadi pelopor penjajahan oligarki yang berkedok pemindahan IKN. Pemuda harus jeli dalam melihat persoalan IKN, bukan malah mensukseskan proyeknya yang sejatinya memang tak pernah membawa kemaslahatan untuk rakyat. Dalam sistem kapitalisme sekuler liberal yang diterapkan negara hari ini, rakyat memang hanya dianggap sebagai objek yang berfungsi memperkaya APBN. Sementara kekayaan alam yang jumlahnya melimpah justru tak pernah dirasakan rakyat.
Pemuda Islam Pelopor Perubahan
Memimpin perubahan memang butuh ilmu, semangat dan kesadaran terhadap realitas yang ada di sekitar. Terlebih perubahan yang diinginkan bukan sekedar asal berubah melainkan harus perubahan yang bisa memperbaiki realitas yang ingin diubah. Dalam hal ini, Islam tentu memiliki peran untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan. Sebagaimana Rasulullah saw., dahulu yang mengubah masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat tinggi nan mulia dengan dakwah Islam
Oleh karenanya, Islam harus dijadikan asas perubahan karena Islam bukan sekedar agama ritual melainkan juga ideologi yang memiliki aturan untuk memyelesaikan seluruh permasalahan manusia. Mulai dari ekonomi, pergaulan, politik, sosial budaya, kesehatan, pendidikan bahkan dalam pemindahan IKN pun Islam juga mengatur semuanya. Semua aturan Islam berasal dari Tuhan yang paling mengetahui diri kita. Dengan begitu, jika seluruh aturan Islam diterapkan tentu akan membawa kesejahteraan untuk seluruh alam yang pernah terekam dalam sejarah selama 14 abad dahulu.
Dalam memimpin perubahan, pemuda tentunya harus menjadikan Islam sebagai kepemimpinan berfikir karena Islam adalah konsekuensi dari syahadat mereka dan yang akan menghancurkan sistem demokrasi sekuler kapitalis yang nyata-nyata memang tak membawa kemaslahatan untuk rakyat. Potensi pemuda tak boleh dibajak oleh oligarki dan penguasa yang tak pernah peduli terhadap nasib rakyat. Pemuda harus terus kritis dan menyampaikan aspirasinya terhadap kebijakan-kebijakan penguasa yang tak sejalan dengan Islam seperti halnya proyek IKN ini.
Rasulullah saw., pun memuji aktivitas mengkoreksi penguasa yang zalim dan menyampaikan kebenaran. "Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar kepada pemimpin yang zalim." (HR Ahmad). Oleh karenanya, pemuda tak boleh lelah dalam mengkoreksi penguasa agar kepemimpinan di negeri ini berjalan sesuai syariat-Nya. Pemuda harus jeli dalam melihat segala persoalan dengan sudut pandang Islam, rutin mengkaji Islam dan mendakwahkannya ke tengah-tengah umat agar umat semakin paham bahwa penderitaan yang mereka alami, sejatinya karena mereka telah mencampakkan aturan Islam dan lebih memilih aturan yang bukan dari Islam.
Dengan demikian, hanya Islam yang bisa melahirkan pemuda yang bertakwa, menjauhi maksiat dan seluruh potensi mereka hanya digunakan untuk kebangkitan Islam. Sebagaimana Muhammad Al-Fatih di usia 21 tahun berhasil menaklukkan Konstatinopel, Usamah bin Zaid (18 tahun) yang telah dipercaya Nabi untuk menjadi komandan pasukan perang, Mushab bin 'Umair, duta Islam pertama di Madinah dan masih banyak lagi. Alhasil, penerapan Islam sebagai sistem bernegara adalah agenda yang tidak bisa ditunda lagi demi menyelamatkan nasib pemuda dan nasib bangsa.
"Pemuda itu hidup dengan ilmu dan karyanya, jika ilmu dan karyanya tidak didedikasikan untuk kebangkitan Islam, maka sia-sia hidupnya."-anonim. Wallahu 'alam bis shawab.
Sumber: Harian Jurnal 24 November 2024 (https://harianjurnal.com/opini/8174-pemuda-pelopor-perubahan-bukan-pelopor-penjajahan)Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H