Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Remaja: Menjadi Duta Anti Narkoba atau Duta Anti Maksiat?

1 Oktober 2024   20:21 Diperbarui: 1 Oktober 2024   20:21 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sistem sekuler adalah sebuah sistem yang mencampakkan peran agama dalam mengatur kehidupan. Agama hanyalah ditempatkan di ranah privat dan sekedar berfungsi mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya. Padahal agama, dalam hal ini Islam, tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, namun juga mengatur hubungan manusia dengan sesama dan dirinya sendiri.

Dalam Islam, narkoba dan khamr mutlak diharamkan tak peduli menghasilkan manfaat atau mudharat. Sebab pengharaman tersebutlah Islam akan menindak tegas bagi siapapun yang berani menjadi penjualnya atau pemakainya. Namun sayangnya karena sistem aturan di negara ini dipisahkan dari agama dan kental dengan kapitalistik, maka aturannya hanya berfokus menangkap pelaku, merehabilitasi korban, bahkan bisa diotak-atik sesuai kepentingan pemilik modal. Sistem aturan yang sekuler nan kapitalistik inilah yang akan menularkan kepada sistem-sistem lainnya seperti sosial, pendidikan, ekonomi dan hukum yang menjadi penyebab sulitnya narkoba diberantas.

Pertama, sistem sosial yang individualistis. Masih banyak diantara masyarakat yang bersikap cuek dan terkesan membiarkan jika terdapat remaja yang terang-terangan 'ngelem', berpacaran atau melakukan maksiat lainnya. Mereka menganggap selama remaja tersebut tidak menganggu kepentingannya maka perilaku maksiat remaja akan dibiarkan. Sikap orang tua yang cuek juga menjadi persoalan karena masih banyak diantara orang tua yang berpandangan bahwa kesuksesan mendidik anak adalah dengan memberikan kecukupan harta dan fasilitas. Padahal dalam Islam, tanda keberhasilan orang tua mendidik anak adalah dengan menjadikan anak-anaknya senantiasa bertakwa kepada Allah.

Namun jika ditelisik lebih dalam, cueknya orang tua saat ini tidak terlepas dari penyebab kedua, yaitu sistem ekonomi kapitalistik yang menyebabkan negara memprivatisasi SDA (Sumber Daya Alam) dengan menyerahkan pengelolaannya kepada pihak swasta dan asing. Akibatnya kekayaan SDA dalam negeri dimonopoli oleh oligarki yang berimbas mahalnya berbagai kebutuhan di negeri ini seperti sandang, pangan dan papan berikut sektor jasa lainnya seperti pendidikan, kesehatan dan keamanan yang telah menjadi lahan bisnis bagi para pemilik modal. Alhasil ekonomi yang kapitalistik inilah menyebabkan orang tua sibuk banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup dan tak sempat mendidik anaknya dengan pendidikan agama. Akhirnya anak tumbuh menjadi pribadi yang sekuler nan liberal bahkan tak malu menjadi trouble maker demi mendapat perhatian dari orang tuanya.

Ketiga, sistem pendidikan sekuler. Penyebab selanjutnya adalah sistem pendidikan saat ini yang kering dari dimensi ukhrawi namun kental akan dimensi duniawi. Mengapa? Karena sistem pendidikan di negara ini hanya berfokus mencetak generasi yang hanya mengejar nilai akademik namun minus moral. Mereka cerdas, tetapi disaat yang bersamaan mereka tak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang maksiat dan mana yang bukan. Identitas mereka sebagai seorang Muslim kian terkikis hingga mereka tenggelam dalam pergaulan bebas dan cenderung menghabiskan waktu dengan aktivitas yang tidak produktif seperti berani mencicipi barang-barang haram demi kesenangan sesaat.

Keempat, sistem hukum yang tidak tegas. Sudah jamak diketahui bahwa sistem peradilan dan hukum di negara ini terkesan tumpul ke atas namun tajam ke bawah. Hukuman-hukuman yang dibuat oleh negara untuk memberantas kasus narkoba seakan tidak bertaring ketika berhadapan dengan mafia atau kartel besar narkoba. Tak jarang juga terdengar di telinga, adanya oknum aparat penegak hukum yang justru menjadi pemilik bisnis narkoba dan tetap bebas mengendalikan bisnisnya sekalipun di dalam lapas. Pengurangan hukuman dan adanya remisi bagi pelaku narkoba juga kian menunjukkan bahwa negara belumlah maksimal dalam memberantas kasus narkoba karena dalam sistem kapitalisme suatu barang akan terus diproduksi selama barang tersebut membawa keuntungan besar tak peduli dampaknya yang merusak. Inilah yang menyebabkan narkoba semakin eksis karena nampaknya narkoba terbukti menambah devisa negara.

Setidaknya, semua faktor inilah yang menyebabkan negara selalu tak berdaya ketika menghadapi kasus narkoba. Serangkaian edukasi mengenai bahaya narkoba juga nampak masih tidak jelas karena masih banyak diantara remaja yang tidak mengetahui bahwa 'ngelem' juga merupakan aktivitas menghirup narkoba. Mereka hanya tahu bahwa 'ngelem' hanyalah alat untuk berhalusinasi sesaat hingga tak peduli akan bahaya yang mengintai terhadap kesehatan mereka.

Oleh karenanya negara mesti mencari strategi yang tepat untuk menyelesaikan kasus narkoba dan bertindak tegas kepada siapapun yang berani terlibat dalam peredaran barang haram ini demi menjaga masa depan generasi. Tak cukup rasanya hanya memanggil orang tua dan memberikan pembinaan karena selepas itu tak ada jaminan bagi remaja untuk tak mencicipi narkoba lagi.

Islam Mewujudkan Remaja Duta Anti Maksiat

Islam adalah agama yang paripurna karena seperangkat aturannya diturunkan Allah untuk mewujudkan kebaikan dan keberkahan diantara manusia. Namun jika suatu negeri justru sering mendapat bencana dan musibah bahkan generasinya mengalami kerusakan moral, maka dapat dipastikan negeri tersebut tidak menjadikan aturan Islam sebagai aturan untuk mengatur hidup mereka.

Buktinya mereka yang menjadi pemakai dan pengedar justru tidak takut akan bahaya narkoba yang dapat merusak tubuh dan balasan yang pedih dari Allah di akhirat kelak. Kesenangan dunia telah menjadi tujuan utama mereka hingga rela tenggelam dalam bisnis barang haram. Oleh karenanya Islam memiliki beberapa strategi preventif dalam mencegah timbulnya kasus narkoba yang telah marak di kalangan generasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun