Gaul Bebas Semakin Tak Terkendali, Saatnya Negara Lebih Peduli
Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti S. Ag
Warga Samarinda digegerkan dengan penemuan bayi pada Kamis (22/2/2024) lalu. Bayi malang tersebut ditemukan oleh warga di Perkebunan warga Perumahan Samarinda Hills, Blok E7 Kota Samarinda dalam kondisi masih hidup, tidak berbusana, dipenuhi rumput dan dikerumuni semut.Â
Kepolisian Samarinda pun langsung bergerak cepat dan menetapkan NP (18) sebagai tersangka pembuangan bayi yang tidak lain merupakan ibu dari bayi tersebut. NP kemudian disangkakan dengan Pasal 76B dan 77B Undang-Undang Perlindungan Anak sebab menelantarkan ananya yang baru saja dilahirkannya. (Tribun Kaltim.co 25/2/2024).
Kompol Bitab mengatakan alasan ibu menelantarkan anaknya tersebut karena malu dengan bayi yang dilahirkannya. Sebabnya, NP terlibat dalam hubungan di luar nikah. Kompol Bitab juga menambahkan dari penuturan keluarga, NP merupakan pribadi yang tertutup. Postur tubuhnya yang tinggi dan gempal membuat keluarga sama sekali tak mengetahui bahwa NP tengah mengandung.Â
Sehari-harinya NP bekerja di salah satu pusat perbelanjaan di Samarinda dan ketika pulang kerja, ia mengurung diri di kamar. Keluarga NP pun juga sibuk dan jam 9 malam sudah pada tidur hingga tak sempat berkomunikasi. (Tribun Kaltim.co 25/2/2024).
Innalillah. Bagaimana bisa seorang remaja perempuan yang merupakan calon ibu tega membunuh darah dagingnya sendiri yang tak berdosa? Masa depannya justru dirusak dengan gaul bebas yang semakin hari semakin tak terkendali. Bahkan kasus-kasus ibu yang tega membunuh bayinya yang baru lahir atau saat masih dalam kandungan juga banyak ditemui di seluruh daerah di negeri ini.Â
Bagai fenomena gunung es, kasus yang terungkap hanyalah satu dari ribuan kasus remaja yang hamil di luar nikah. Begitupun kasus penggerebekan klinik aborsi juga marak terjadi yang sempat terungkap pada beberapa bulan silam. Tentunya tak menutup kemungkinan bahwa masih banyak klinik aborsi yang masih berjalan sampai saat ini dan mendapat perlindungan kuat dari sebagian pihak tertentu.
Lalu dari sederet kasus di atas tak cukupkah menyadarkan penguasa dan masyarakat akan kehancuran yang menimpa masa depan generasi jika regulasi untuk mengatasi berbagai kasus pergaulan bebas nampak tidak jelas dan tak membuat jera?Â
Bahkan fitrah yang dimiliki oleh setiap perempuan bahwa ia akan menjadi ibu yang penyayang anak-anak dan pendidik generasi telah terkikis sedemikian parah hingga tega membunuh bayinya sendiri. Ada apa dengan kondisi generasi hari ini yang kian bebas? Bagaimana solusi tepat untuk mengatasi pergaulan bebas yang merajalela ini?
Gaul Bebas Semakin Tak Terkendali
BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana) merilis data remaja yang hamil di luar nikah berjumlah 50 ribu pada Januari 2023 lalu. Berdasarkan data dari Komnas Perempuan, dispensasi perkawinan anak meningkat 7 kali lipat sejak 2016. Total permohonan dispensasi pada 2021 mencapai 59.709 dan terus meningkat hingga hari ini. Hasto, Kepala BKKBN menyebutkan banyaknya permintaan dispensasi perkawinan anak tidak bisa ditolak karena mayoritas atau 80% anak yang telah hamil duluan. CNN (18/1/2023)
Hasto kemudian menambahkan bahwa penyebab anak-anak remaja yang terlibat pergaulan bebas itu karena faktor pendidikan yang rendah dalam hal ini pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Hasto mennyatakan sebagian masyarakat masih menganggap pendidikan seks adalah sesuatu yang tabu. Padahal, Hasto menilai pendidikan itu kunci untuk menekan kasus hamil di luar nikah. CNN (18/1/2023)
Benarkah maraknya pergaulan bebas hari ini sebagian besar disebabkan karena minimnya pengetahuan pendidikan seks? Apakah hal tersebut menjadi penyebab utama atau ada penyebab lainnya yang menjadi biang masalah tak terkendali nya pergaulan remaja hari ini? Sesungguhnya maraknya pergaulan bebas disebabkan oleh sistem kehidupan sekuler liberal kapitalis yang memaksa setiap orang untuk bermaksiat.
Minimnya pendidikan seks bukanlah penyebab utama karena sistem kehidupan yang bernuansa sekuler liberal hari ini lah yang menjadi penyebab utama akan maraknya gaul bebas. Bagaimana tidak disebut sekuler nan liberal jika kebijakan yang dibuat pemerintah justru meminggirkan peran agama. Akibatnya penyelesaian kasus-kasus gaul bebas atau yang serupa hanya berfokus kepada penangkapan korban atau melindunginya. Sedang akar masalahnya yaitu kehidupan liberal (bebas) yang menghiasi lingkungan masyarakat saat ini tidak pernah dituntaskan.
Negara seakan tidak pernah serius menuntaskan pergaulan bebas karena tidak adanya aturan baku yang melarang berpacaran dan ikhtilat (campur baur antar lelaki dan perempuan). Masyarakat dan generasinya justru dibiarkan berperilaku bebas asal tidak berbuat kriminal Padahal pergaulan bebas yang ada saat ini sudah termasuk kriminal karena dampaknya telah merusak tatanan keluarga, masa depan dan pribadi generasi.
Negara yang juga berpandangan kapitalis juga tak peduli akan nasib generasi. Buktinya konten-konten film, drama, dan musik yang berbau syahwat terus diadakan oleh pemerintah karena tentu industri dunia hiburan terbukti membawa cuan yang besar. Negara juga tidak menutup tempat-tempat yang berbau maksiat seperti kelab-kelab malam, tempat karaoke, lokalisasi, dan konser yang malah difasilitasi dengan adanya miras. Inilah corak negara kapitalis yang hanya mementingkan aspek keuntungan materi semata namun mengabaikan aturan Ilahi dan kemaslahatan generasi.
Alhasil, generasi pun tumbuh menjadi seseorang yang hanya mengejar kesenangan, mengejar materi sebanyak-banyaknya dan bebas memuaskan syahwat jahannamnya dengan pacaran atau berbuat zina. Naudzubillah min dzalik. Ditambah lagi peran orang tua dan masyarakat yang cuek dalam mendidik generasi dengan pemahaman agama menjadi salah satu sebab remaja hari ini bergaul bebas.Â
Lihat saja fakta kasus di atas dimana remaja tersebut adalah pribadi yang tertutup dan tak banyak berinteraksi dengan keluarga. Bisa jadi sebagian besar remaja tumbuh dengan perhatian yang kurang dari keluarganya dan akhirnya mencari perhatian lain pada remaja yang juga mengalami sama.
Wahai... baru sadarlah kita jika kerusakan moral remaja hari ini tidak terjadi dalam satu malam atau hanya menimpa individual remaja tersebut melainkan permasalahan gaul bebas ini adalah permasalahan sistemik yang artinya kasus-kasus ini telah merata menimpa 80% generasi. Lalu masa depan apa yang kita harapkan jika para pemudanya hari ini justru dirusak dengan sistem sekuler liberal nan kapitalis? Adakah solusi sempurna untuk menekan pergaulan bebas generasi hingga habis tak bersisa?
Saatnya Negara Lebih Peduli
Dalam hal pergaulan bebas, Islam telah memberikan seperangkat aturan pencegahan sebelum jatuhnya korban. pertama, Islam mendorong setiap pribadi Muslim agar bertakwa kepada Allah sehingga memiliki rasa takut untuk berbuat maksiat. Kedua, Pada kehidupan masyarakat umum, Islam memerintahkan setiap laki-laki dan perempuan untuk menjaga pandangan, menutup aurat dan melarang perempuan berhias berlebihan (tabarruj). (Lihat: QS An-Nur ayat 30-31 dan QS Al Ahzab ayat 33 dan ayat 59).
Ketiga, Islam memerintahkan agar umat Islam tidak tenggelam dalam aktivitas sia-sia seperti ikhtilat, khalwat dan perzinahan.
Demikianlah beberapa mekanisme pencegahan Islam dalam membentengi generasi. Semua aturan ini tidak dapat diterapkan secara individu melainkan mesti diterapkan oleh negara yang ditopang oleh sistem politik, pendidikan dan ekonomi yang berbasis Islam.
Negara juga akan mencukupkan pendidikan yang berbasis akidah Islam kepada seluruh generasi dengan pendidikan yang murah dan berkualitas agar setiap generasi tumbuh menjadi seseorang yang tidak hanya memikirkan kesenangan pribadi melainkan menjadi bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya.Â
Negara tentunya akan mendorong setiap orang tua agar memahamkan agama pada setiap anaknya semisal anak laki-lakinya dididik bertanggung jawab dan ketika telah baligh dibiasakan mandiri dalam mencari nafkah, begitupun anak perempuan dididik dan dipersiapkan untuk menjadi calon ibu arsitek peradaban. Alhasil fitrah mereka akan terpelihara dengan baik dan siap menjadi orang tua ketika telah tiba waktunya.
Semua mekanisme ini tentunya tak lepas dari pemimpin (Khalifah) yang dicetak dalam negara Islam (Khilafah). Kapasitas pemimpin dalam negara Islam adalah seorang yang amanah dan bertakwa sehingga ketika menjalani kepemimpinannya, ia selalu menjadikan ridho Allah dan hukum syara' sebagai landasannya.
Mekanisme berikutnya, negara akan menutup rapat pintu-pintu kemaksiatan seperti melarang keras beredarnya konten-konten yang berbau pornografi dan tak mendidik, memastikan tegaknya pelaksanaan hukum syara' dan mendorong rakyatnya agar memiliki kebiasaan suka beramar makruf nahi mungkar. Jika mereka kedapatan berbuat maksiat, maka Negara Islam akan menindak tegas dengan hukuman yang menjerakan seperti hukuman cambuk bagi yang belum menikah dan rajam bagi yang sudah menikah.
Semua mekanisme inilah yang akan mewujudkan kehidupan yang mulia, pergaulan yang sehat dan produktif serta terjaganya generasi dari perilaku maksiat yang merusak masa depan mereka. Sudah saatnya masyarakat Muslim sadar akan solusi Islam kemudian bersegera menerapkannya untuk mengatur hidup mereka. Wallahu 'alam bis shawab.
Sumber: Koran Swara Kaltim Edisi 8 Maret 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H