Mohon tunggu...
Hanifah Tarisa
Hanifah Tarisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Islam Mengatasi Kelangkaan Polemik Bahan Bakar

15 Maret 2024   05:00 Diperbarui: 15 Maret 2024   05:00 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BBM yang harusnya dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan untuk menyejahterakan rakyat justu malah diserahkan dan dikuasai oleh korporasi semisal Pertamina, sehingga lumrah jika Pertamina mengambil untung dari bisnis BBM ini tanpa mengindahkan halal dan haram. Padahal kekayaan tambang Indonesia cukup banyak dan termasuk yang terbesar se-Asia Tenggara namun herannya rakyat yang hidup di dalamnya sulit mendapatkan energi dari SDA ini dan kemiskinan makin subur setiap harinya.

Inilah akibat penerapan sistem Kapitalisme liberal yang menjadikan para pemimpinnya nampak tidak peduli terhadap urusan rakyat dan selalu mengkomersilkan kebutuhan rakyat seperti kesehatan, pendidikan termasuk BBM. Dalam kehidupan kapitalisme, apapun yang menghasilkan manfaat akan diambil dan yang tidak menghasilkan manfaat akan dibuang. Itulah mengapa rakyat berusaha mencari materi sebanyak-banyaknya namun di satu sisi mereka jauh dari agama sehingga tidak mengenal konsep halal dan haram. Jelaslah sudah bahwa kapitalisme adalah akar masalah dari sempit dan rusaknya kehidupan saat ini.

Islam Mensejahterakan Rakyat

Peliknya kehidupan saat ini dan beratnya beban rakyat atas ketidakstabilan ekonomi yang terjadi membuat sebagian besar rakyat pesimis jika kesejahteraan bisa di dapat dalam sistem kehidupan saat ini. Rakyat sudah terlalu lelah mendengar janji-janji manis pemimpin saat kampanye. Karena pada akhirnya para pemimpin yang telah duduk di kursi kekuasaan, nampaknya justru melupakan rakyat bahkan selalu mempersulit kehidupan mereka. Sulit rasanya berharap kepada penguasa untuk menanggung kebutuhan mereka, yang ada rakyat akan dipersekusi jika berani mengkritik pemerintah dengan terang-terangan.

Sudah saatnya rakyat membuka mata dan menggali lebih dalam lagi akan kehebatan sistem Islam dalam mengatur urusan rakyat. Paradigma sistem Islam adalah mengurusi umat, bukan seperti Kapitalisme yang hanya berasas manfaat. Dalam mengatur sumber daya energi contohnya, Islam mengatur bahwa SDA adalah kepemilikan umum yang pengelolaannya dimanfaatkan langsung oleh masyarakat atau Negara sebagai perwakilan sebagaimana sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam "Sesungguhnya umat Islam berserikat dalam tiga perkara: air, api dan padang gembalaan." (HR Abu Dawud dan Tirmidzi). 

Sedangkan BBM termasuk dalam api karena merupakan sumber energi yang menghasilkan panas. Oleh sebab itu dalam Islam Sumber Daya Energi ataupun SDA lainnya tidak boleh dimonopoli oleh sekelompok orang karena hakikat bendanya yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak dan Negara wajib mengembalikan hasil pengelolaan SDA dalam bentuk fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan lainnya dengan harga yang murah bahkan gratis.

Pengelolaan SDA juga harus memperhatikan mekanisme syari'at agar tidak menimbulkan kerusakan alam seperti polusi, pemanasan global, dan bencana-bencana lainnya sehingga nyawa yang hidup di dalam nya terjamin kehidupannya bahkan hewan dan tumbuhan tidak dirusak habitatnya.

Demikianlah pengelolaan Islam dalam mengatur manusia. Aturannya lahir dari Pencipta yang paling tahu ciptaannya sehingga tidak mungkin menimbulkan kerusakan dan kezaliman. Sudah seharusnya umat Islam memperjuangkan Islam agar diterapkan dalam kehidupan sehingga Islam Rahmatan lil 'alamin bisa terwujud dengan segera. Wallahu 'alam bis shawab. []

Sumber: Koran Swara Kaltim Edisi 27 Juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun