Kampanye Feminis dalam Film Yuni
MenyingkapOleh : Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi Samarinda)
Kampanye ide feminisme terus digencarkan oleh berbagai media salah satunya melalui film berjudul Yuni yang tayang pada Desember 2021 lalu. Film ini disambut hangat oleh Kemendikbudristek sebagai bentuk apresiasi terhadap perfilman di tanah air.Â
Film Yuni menyentil sebagian masyarakat Indonesia yang masih mengadopsi budaya patriarki terutama dalam ranah pendidikan. Film ini menceritakan tentang seorang remaja bernama Yuni yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi namun cita-citanya terhalang karena ia dilamar oleh seorang lelaki yang tak ia kenal. Situasi semakin pelik karena masyarakat tempat Yuni dilahirkan menganggap pamali atau terjadi malapetaka jika seorang perempuan menolak lamaran lelaki.
Film ini juga menyuguhkan sebuah fakta yang terjadi di Indonesia yaitu masih banyak perempuan yang terpaksa menikah saat masih duduk di bangku SMA disebabkan beberapa faktor. Menurut Kamila selaku sutradara film Yuni, masih banyak di Indonesia yang menganggap bahwa perempuan tidak wajib mengenyam pendidikan tinggi dan sebagian masyarakat masih terjebak dalam pemahaman bahwa perempuan hanya layak mengisi ranah kerumahtannggaan sementara laki-laki mempunyai keistimewaan untuk mengatur hidupnya. Kamila Andini mengkritik bahwa di masa kini hak untuk memperoleh pendidikan antara laki-laki dan perempun masih belum setara.
Hal inilah yang menjadi alasan bagi Kamila Andini untuk mengangkat tema ini dalam sebuah film. Harapannya film Yuni dapat menghilangkan budaya patriarki pada sebagian masyarakat Indonesia dan tidak ada lagi diskriminasi yang dialami wanita. Namun benarkah perempuan sejak dulu mengalami diskriminasi? benarkah kehidupan perempuan hanya seputar urusan rumah dan dapur? Bagaimana Islam memandang peran perempuan?
Menyingkap Bahaya Ide Feminis
Pada zaman dahulu sebelum Islam datang, kaum perempuan hanya dipandang sebagai objek seksual dan dianggap rendah. Di Cina misalnya kaum perempuan sering mendapat perlakuan yang tidak wajar dan dijual sebagai budak. Begitupun di Yunani dan Arab jahiliyah zaman dahulu yang hanya menjadikan perempuan sebagai objek pemuas kaum laki-laki. Singkatnya gerakan feminisme lahir akibat dendam dan frustasi terhadap sejarah Barat yang tidak pernah memihak kaum perempuan.
Atas dasar inilah muncul gerakan kebangkitan perempuan untuk meninggikan hak-hak perempuan dan menuntut kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan di bawah kendali PBB dan Amerika. Isu feminisme terus digencarkan ke seluruh negeri, forum-forum besar antarnegara, konferensi HAM bahkan sampai menyerang sebagian ajaran Islam sehingga banyak diantara muslimah yang sepakat dengan ide feminisme sebagai "penyelamat perempuan" dan melindungi hak perempuan.
Jika ditelisik lebih dalam, Â ide feminisme merupakan produk liberalisme dan sekulerisme yang telah merusak tatanan masyarakat dan menyebabkan lahirnya berbagai permasalahan sosial seperti freesex, childfree, waithood, pelecehan seksual, dan L68T. Â Liberalisme (hidup bebas tanpa terikat aturan agama) dan sekulerisme (mencampakkan aturan agama dari kehidupan) telah menyebabkan sebagian besar perempuan bersikap individualis dan hedonis. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya ide feminisme menuntut kebebasan bagi perempuan tanpa terikat dengan aturan agama. Perempuan dianggap berdaya dan mapan jika ia bisa menjalani hidup secara mandiri tanpa ketergantungan dengan laki-laki.
Dampak bahaya feminisme ini semakin terlihat nyata ketika melihat sebuah fenomena kemerosotan moral yang sedang terjadi di negeri ini. Pergaulan yang tidak terjaga, zina terjadi dimana-mana, aborsi dilegalkan, angka gugat cerai meningkat, maraknya fenomena single parents dan lain sebagainya. Semua ini bermuara pada kebebasan yang menjadi tujuan bagi kaum perempuan. Belum lagi sikap para kaum feminis yang selalu menggugat dan mengubah-ubah syariat Islam seputar perempuan, seperti pembagian waris, pakaian, poligami, sunat perempuan, kepemimpinan laki-laki atas perempuan, serta peran perempuan sebagai ibu rumah tangga.
Demikianlah feminisme merupakan agenda Barat untuk membuat muslimah semakin anti terhadap syariat Islam. Barat sangat bernafsu mengeluarkan perempuan dari habitat ternyamannya dalam rumah, merusak potensi keibuan dan pengabdiannya dalam rumah tangga dan umat dan menjadikan wanita hanya sebagai objek materi. Kondisi inilah yang dimanfaatkan musuh Islam, memakmurkan perempuan secara materi namun menjauhkan mereka dari tatanan syari'at.
Sejatinya, ketika perempuan didorong untuk mandiri, tidak membutuhkan siapa pun bahkan suaminya sekalipun, ternyata hal ini melawan fitrah. Perempuan tetap ingin dilindungi dan dijaga, sehingga mau tidak mau perempuan harus bergantung kepada laki-laki baik kepada suami atau walinya.
Islam Memuliakan Perempuan
Saat Islam datang melalui perantaraan lisan manusia yang mulia yaitu Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam., Islam telah menurunkan seperangkat aturan yang mengangkat derajat perempuan dan memuliakan mereka. Seperti perintah menutup aurat yang Allah turunkan untuk perempuan tidak lain adalah untuk menjaga mereka dan tidak sembarang orang bisa melihat dan menyentuh perempuan. Islam juga mewajibkan kepada ayah, sauadara, suami atau salah satu kerabat yang laki-laki untuk menafkahi perempuan karena Islam tidak mewajibkan perempuan untuk mencari nafkahnya sendiri.
Perempuan tidak harus bekerja di luar rumah kecuali jika perannya dibutuhkan oleh masyarakat dan selama pekerjaannya tidak bertentangan dengan fitrahnya atau merusak agama dan akhlaknya. Islam memberikan tanggung jawab nafkah kepada laki-laki agar perempuan fokus mengatur urusan rumah tangga dan menciptakan suasana keharmonisan diantara keluarganya.
Kehidupan perempuan tidak hanya seputar urusan domestik karena peran perempuan dalam Islam adalah pencetak calon generasi cemerlang pengisi peradaban Islam. Islam juga memberikan kedudukan yang mulia bagi perempuan sebagai penyeru kebenaran dan memperbaiki akhlak masyarakat di sekitarnya. Tugas mulia ini tidak hanya untuk laki-laki namun perempuan juga mempunyai hak yang sama untuk menyuarakan kebenaran dan pendapatnya. Islam juga tidak melarang perempuan untuk mengenyam pendidikan tinggi sebagaimana sabda Nabi bahwa menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan.
Kondisi ini berbeda dengan perlakuan Barat yang hanya menjadikan perempuan sebagai objek materi, dan eksploitasi sehingga banyak diantara keluarga Barat yang mengalami kehancuran dan generasi-generasinya mengalami kemerosotan moral. Demikianlah aturan Islam dalam memuliakan perempuan dan membebaskannya dari tanggungan hidup.Â
Aturannya lahir dari sang pencipta yang lebih tau bagaimana ciptaan-Nya. Oleh sebab itu perempuan dan laki-laki tidak boleh merasa iri dan dengki kepada yang lain karena keduanya sama-sama memiliki tugas yang mulia yaitu berjuang untuk mencerdaskan umat agar mampu menyikapi berbagai narasi yang menyerang ajaran Islam dan memberikan gambaran tentang keadilan sistem Islam dalam memuliakan perempuan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman "Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS: Al-Ahzab ayat 35). Wallahu 'alam bis shawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H