Stunting di Negeri Kaya SDA, Bagai Ayam Mati di Lumbung Padi
Oleh: Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi)
Sumber : Koran Swara Kaltim Edisi 7 November 2022
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Bontang menggelar rapat koordinasi pada hari Rabu, 28/10/2022 dengan melibatkan Bunda PAUD se Kota Bontang untuk menekan angka stunting. Sunarya, Sekretaris Disdikbud mengatakan usia dini merupakan usia emas yang penting diperhatikan sehingga perlu peran aktif Bunda PAUD dalam membentuk SDM (Sumber Daya Manusia) berkualitas.
Sunarya juga menekankan bahwa permasalahan stunting bukan sekedar masalah kesehatan dan gizi buruk, melainkan ini adalah tugas semua pihak yang terlibat. Salah satu Bunda PAUD Kota Bontang, Hapidah menyampaikan harapannya dengan adanya peran Bunda PAUD, maka gerakan nasional PAUD berkualitas dapat terwujud dan angka stunting menjadi menurun sesuai harapan pemerintah. Oleh sebab itu Hapidah melanjutkan, Bunda PAUD harus menjemput anggaran-anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk memberikan makanan tambahan anak-anak dengan berkolaborasi bersama kelurahan terkait.
Jika kita menganalisa, Pemerintah sangat berambisi untuk mencapai target prevalensi stunting 14 persen di tahun 2024 yang mana pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2021, angka stunting mengalami kenaikan hingga sebesar 24,4 persen sehingga untuk mencapai target penurunan di angka 14 persen diperlukan penurunan 2,7 persen di setiap tahunnya.Â
Kenaikan angka kasus stuntig yang begitu tinggi tentu menimbulkan tanya mengapa berbagai upaya pemerintah dalam mengatasi persoalan stunting seperti memberikan tambahan makanan, pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil untuk peningkatan asupan gizi, dan memberikan vaksinasi untuk melindungi bayi di seribu hari pertama kehidupan seakan tidak membuahkan hasil? Bahkan faktanya kasus stunting justru semakin banyak dan telah mengindikasikan bahwa Indonesia mengalami darurat stunting.
Lantas apa akar masalah kasus stunting yang terus bermunculan? Dapatkah kita merasa tenang akan nasib anak-anak di negeri ini yang menjadi korban stunting padahal mereka adalah calon generasi penerus bangsa?
Bagai Ayam Mati di Lumbung Padi
Stunting adalah suatu kondisi gagal tumbuh yang menimpa anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga tinggi badan anak terlalu pendek dari standar usianya.Â
Persoalan stunting tidak bisa dianggap remeh karena anak yang mengalami stunting bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya, melainkan perkembangan otaknya juga akan terganggu sehingga mempengaruhi kemampuan prestasi dan kreatifitasnya di usianya yang produktif. Hal ini tentu akan mengancam kualitas SDM negeri dan kemampuan daya saing bangsa.
Berbagai solusi yang digalakkan pemerintah nampaknya gagal dan hanya sekedar solusi pragmatis dalam mengatasi persoalan stunting seperti solusi pemberian tambahan makanan agar anak tidak mengalami kekurangan gizi.Â
Padahal jika pemerintah mau jeli dalam melihat akar masalah, penyebab stunting terjadi karena pola asuh yang kurang tepat dan faktor kemiskinan yang dialami keluarga sehingga untuk memenuhi gizi yang cukup untuk anak pun terasa sangat sulit.
Hal inilah yang seharusnya menjadi fokus pemerintah dalam mengatasi stunting yaitu dengan memberantas kemiskinan dan memberikan edukasi kepada para orang tua terkait pengurusan anak. Kenaikan BBM, sembako dan pengangguran yang terjadi dimana-mana sudah memberatkan hidup rakyat sehingga membuat mereka berpikir "boro-boro" mikirin gizi yang cukup untuk anak, bisa makan dalam sehari saja sudah cukup.
Inilah buah penerapan sistem kapitalisme yang telah menjangkiti di seluruh negeri. Sistem kapitalisme yang hanya berasas manfaat tanpa peduli halal dan haram telah terbukti menyengsarakan rakyat karena kapitalisme mendesain agar Negara menjual SDA nya kepada pihak asing dan swasta.Â
Rakyat yang merupakan pemilik SDA di negerinya sendiri justru nyaris tidak mendapatkan hasil keuntungan dari pengelolaan SDA dan jika pun dapat jumlahnya tak seberapa bahkan hanya terkena debu dari hasil pengerjaan tambang SDA. Sungguh ironi, negeri yang kaya akan sumber daya alam tetapi rakyatnya banyak yang mengalami kemiskinan.
Walhasil sangat sulit berharap kesejahteraan hidup di zaman sekarang karena Negara justru lalai dari perannya mengurusi rakyat. Mirisnya lagi di tengah penderitaan di negeri ini yang semakin menjadi, pemerintahnya malah sibuk berwara-wiri mencari simpati jelang pemilu 2024 nanti. Lalu kepada siapakah rakyat harus berharap? mengapa nyawa mereka begitu mudah melayang di negerinya sendiri?
Berantas Stunting dengan Islam
Persoalan stunting adalah buah penerapan sistem kapitalisme yang mencengkeram negeri. Kapitalisme telah menciptakan kesenjangan yang begitu parah di negeri yang kaya akan sumber daya alam karena paradigma kapitalisme hanyalah mencari untung sebanyak-banyaknya tanpa peduli kemudharatan yang dihasilkan.Â
Rakyat yang sudah miskin akan semakin miskin sedang yang kaya akan bertambah kaya bahkan tidak jarang kita dengar pendapatan satu orang terkaya hampir menyamai pendapatan seluruh manusia di satu negeri.
Oleh sebab itu sudah semestinya Negara mencampakkan kapitalisme dan beralih kepada sistem Islam yang aturannya lahir dari Sang Pencipta dan sesuai fitrah sehingga tidak akan menimbulkan kedzaliman bagi seluruh manusia.Â
Paradigma sistem Islam dalam mengurusi rakyat adalah mewajibkan setiap kebutuhan individu per individu tercukupi. Sistem ekonomi Islam akan mewajibkan Negara mengelola kepemilikan SDA untuk kesejahteraan rakyat sehingga tidak akan kita dengar rakyat yang menjerit kesusahan karena beratnya biaya hidup.
Khalifah juga adalah seorang yang bertakwa sehingga akan muncul rasa takut dalam dirinya jika menelantarkan rakyatnya. Sebagaimana sabda Nabi "Imam (Khalifah) raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab terhadap rakyat yang diurusnya." (HR Ahmad dan Bukhari)
Sudah saatnya kaum Muslim memperjuangkan tegaknya sistem Islam dalam kehidupan agar kasus stunting ataupun kasus-kasus lainnya dapat tuntas teratasi dan generasi bisa tumbuh dengan baik tanpa takut kekurangan gizi. Wallahu 'alam bis shawab [] .
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI