Kesuksesan dan diterimanya suatu amal oleh Allah juga ditandai dengan keistiqomahannya dia dalam melakukan amal tersebut. Jika amal kebaikan hanya dilakukan di bulan atau momen tertentu kemudian selepas itu ia kembali ke kebiasaannya yang lama maka dapat dipastikan amal kebaikan yang ia lakukan kurang diterima di sisi Allah. Perubahan besar ini pernah dicontohkan langsung dalam Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum Muslimin dan Rasulullah saat Ramadhan.Â
Setelah kaum Muslimin sukses dalam Perang Badar, mereka tidak langsung berpuas diri dan merasa cukup dengan amal kebaikannya membela Islam namun selepas itu mereka tetap berjuang bersama Rasulullah dan semakin bersemangat berjihad di jalan Allah dalam rangka menyebarkan dakwah Islam dan perluasan wilayah Islam.
Perubahan besar yang kemudian melahirkan pensuasanaan yang kondusif dan islami ini tentu saja tidak terlepas dari peran negara. Negara yang masih menerapkan sistem demokrasi yang lahir dari sekulerisme akan menghasilkan kerusakan dan kegaduhan di seluruh negeri karena dalam pelaksanaannya negara masih menerapkan aturan buatan manusia yang bersumber dari undang-undang dan bukan menerapkan aturan yang berasal dari Allah sehingga kemaksiatan terus meningkat tanpa adanya tindak tegas dari negara dan kurang adanya upaya amar ma'ruf nahi mungkar karena kondisi masyarakat yang jauh dari agamanya.
Oleh sebab itu negara harus menerapkan seluruh syariat Islam dan menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar agar tercipta suasana yang tenang dan islami. Ketika masyarakat sudah mulai sadar akan agamanya ditambah peran negara yang membawa kepada kebaikan dan ketaatan kepada Allah maka disaat itulah umat Islam mengalami kebangkitan dan hilanglah kerusakan-kerusakan yang terjadi sebelumnya.
 "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf ayat 96). Wallahu a'lam.
Oleh : Hanifah Tarisa Budiyanti (Mahasiswi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H