Oleh sebab itulah sistem ekonomi Islam ini hanya bisa diterapkan dalam negara Khilafah yang mewujudkan ketaatan kepada Allah dan kebaikan bagi rakyat. Negara dalam Islam tidak berasaskan keuntungan, sehingga tidak akan terjadi kasus ekspor dan impor yang menguntungkan satu pihak dan menyengsarakan orang banyak.
Mahasiswa Gak Boleh Luput
Banyaknya permasalahan yang terjadi di tanah air akhir-akhir ini seperti pemindahan IKN, kelangkaan minyak goreng, Wadas, dll tidak kunjung membuat mahasiswa bergerak kembali melakukan aksi bahkan hanya menganggap seperti angin lalu. Respon mereka terhadap isu-isu yang terjadi di dalam negeri semakin menurun.Â
Walaupun masih ada sebagian mahasiswa yang melakukan aksi turun ke jalan dalam merespon persoalan minyak namun hal itu hanya dilakukan segelintir dari mereka. Ini sangat berbeda jauh jika dibandingkan dengan aksi mereka yang berapi-api saat merespon polemik omnibus law dan kenaikan BBM di tahun-tahun sebelumnya.
Mahasiswa adalah penyambung lidah masyarakat. Di pundaknya terdapat amanah bagaimana menentukan arah bangsa dan membina masyarakat. Mars Mahasiswa yang selalu digaungkan setiap saat seolah kini tenggelam oleh kesibukan mereka dalam mengejar IPK, berkutat dengan tugas-tugas kuliah dan hanyut dalam permasalahan-permasalahan pribadi mereka.Â
Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan karena mahasiswa adalah salah satu harapan masyarakat di tengah kebijakan-kebijakan dzalim yang selalu dikeluarkan oleh pemerintah dan menyakiti hati seluruh rakyat.
Dengan demikian mahasiswa tidak boleh luput dari perannya sebagai seorang Muslim yang menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan cara berdakwah kepada masyarakat, menggengam erat agamanya dan menyadarkan umat bahwa solusi atas seluruh permasalahan yang terjadi di dalam negeri adalah kembali kepada Islam.Â
Allah SWT berfirman "Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh perbuatan yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS Ali 'Imran ayat 104). Wallahu 'alam. Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H