Mohon tunggu...
Falishach
Falishach Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajarr

Cerita ini, diambil dari sedikit pengalaman di hidupku….

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bingung,Tapi Harus Memilih (Bagian 10)

2 Februari 2025   05:22 Diperbarui: 2 Februari 2025   05:22 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Hmm, apa ya lanjutannya.." gumam Falisha sambil mengetuk-ketukkan ujung pensil ke bibirnya.

Matanya menatap kosong ke halaman buku tulis yang masih dipenuhi coretan-coretan cerita yang belum selesai.
Sesekali, ia menggoyangkan kakinya yang menggantung di tepi ranjang, menikmati semilir angin yang masuk dari jendela asrama.

Di luar, suara tawa kecil terdengar dari lapangan, beberapa santri tampak asyik bermain bersama di bawah sinar matahari pagi.

Di lantai satu, sekumpulan santri duduk melingkar sambil mengobrol seru, suara mereka samar-samar terdengar hingga ke asrama.

Sementara itu, di lantai dua, beberapa santri sibuk membaca buku di sudut ruangan, sesekali terdengar suara lembaran kertas yang dibalik dengan pelan.

Ada juga yang masih meringkuk di bawah selimut, menikmati tidur pagi yang damai.

Falisha tersenyum kecil. Ia menyandarkan tubuhnya ke bantal dan kembali menatap buku tulis yang diberi oleh ayahnya.
Buku itu sudah mulai penuh dengan tulisan, beberapa halaman bahkan berisi coretan-coretan ide yang belum selesai.
Ia menghela napas pelan, mencoba mencari inspirasi, namun pikirannya seolah kosong.

Suasana asrama begitu nyaman pagi ini. Udara segar, tidak terlalu ramai, dan cukup hening bagi Falisha untuk tenggelam dalam dunianya sendiri.

Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama. Tiba-tiba, pintu asrama terbuka dengan suara berderit pelan, disusul langkah cepat yang terdengar semakin mendekat.

"Sha!" Filma menyeru dengan napas terengah-engah. Ia baru saja selesai sarapan dan langsung berlari masuk ke dalam asrama.
Dengan gesit, ia meletakkan alat makan di atas lemari, kemudian menoleh ke ranjang Falisha.

"Kita semua disuruh kumpul di lantai dua. Cepetan!" Filma berkata sambil mendongak, karena Falisha duduk di ranjang atas.

Beberapa teman di asrama yang mendengar pun langsung bersiap-siap. Ada yang buru-buru mengenakan jilbab, dan lainnya melangkah cepat menuju lantai dua.
Suasana yang tadinya tenang, kini berubah menjadi riuh dengan suara sandal dan pintu yang terbuka-ditutup.

"Siapa yang ngasih tau, Fil?" tanya Falisha santai, meski di sekelilingnya santri lain sudah bergegas buru-buru.
Sementara yang lain hampir berlari menuju lantai dua, Falisha tetap berjalan biasa, santai tanpa tergesa.
Filma yang semula berniat cepat-cepat, mulai memperlambat langkahnya dan menyesuaikan dengan Falisha.

"Gatau, tadi kata kakel." jawab Filma sambil melirik kiri-kanan, memperhatikan keramaian yang semakin terasa.

Begitu sampai di lantai dua, suasana sudah terasa ramai. Ruangan yang sempit itu dipenuhi oleh santri yang duduk berbaris, berbicara dengan suara keras, saling berbincang, dan ada yang tertawa.

Suara-suara itu bergema ke seluruh ruangan, terasa begitu riuh. Kertas, pensil, dan buku berserakan di lantai, menciptakan suasana yang kacau, seolah-olah semua orang sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

Falisha dan Filma langsung mengambil tempat duduk di barisan teman sekelasnya, di antara tumpukan kertas yang tercecer dan buku yang terbuka.

Beberapa teman mereka masih sibuk mengobrol atau mengatur tempat duduk, menciptakan suasana yang semakin hidup.
Namun, begitu guru masuk dari arah terbuka, suasana langsung berubah. Semua santri seketika diam. Suara tawa dan obrolan yang tadinya menggema mendadak berhenti, berganti dengan keheningan yang menusuk. Semua mata tertuju ke depan, menunggu sang guru.

Dalam sekejap, suasana yang tadinya ramai menjadi sunyi, hanya ada suara langkah kaki guru yang menggema pelan, memecah keheningan yang tiba-tiba datang.

"Kayaknya ngomongin acara Ramadhan deh," bisik Ziya pelan dari sebelah Falisha. Kepalanya sedikit mendekat agar beberapa teman mendengarnya.

"Beneran!?" Taza langsung menyahut dengan wajah ceria, matanya berbinar mendengar kabar itu.

"Shhht, ih, udah ada gurunya tuh," ucap Filma dengan suara tegas, memberi isyarat agar mereka semua fokus.
Suasana perlahan berubah.

 Ziya yang semula berbicara santai, kini mendadak diam. Mereka pun langsung menatap ke depan, siap mendengarkan pengumuman yang akan datang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun