Untungnya, teman-temannya tidak ada yang mengomentari perbedaannya dan malah menyetujuinya dengan santai. Mereka malah sering ikut melihat saat Falisha berbicara dengan keluarganya.
Beberapa dari mereka terkadang penasaran dan bertanya-tanya tentang kehidupan Falisha di Korea Selatan, membuat suasana telepon menjadi lebih hangat dan penuh canda.
Namun, belakangan ini, teman-temannya sedang sibuk mempersiapkan hafalan mereka. Karena tak hanya Falisha yang harus siap menghadapi ujian hafalan, tetapi juga banyak dari teman-temannya.
Pengajian malam Ahad kemarinpun, guru-guru mengingatkan pentingnya meminta doa dari orang tua supaya lancar dalam ujian.
Kini, topik pembicaraan Falisha saat menelpon lebih banyak berfokus pada semangat dan hiburan dari keluarga, yang selalu menyemangati Falisha untuk tetap optimis dan terus berusaha.
Setelah menutup telepon, Falisha kembali ke asramanya sambil berjalan memperhatikan dedaunan di lapangan.
Ada rasa nyaman yang mengalir dari percakapan barusan, tapi entah kenapa dia merasa ada sesuatu yang belum selesai.
Teman-temannya masih sibuk mempersiapkan hafalan, seolah dunia di sekitar mereka terus berputar seperti biasa.
"Kalau aku nyusul ke Korea bisa nggak ya?" pikirnya tiba-tiba, sambil menatap pintu asrama dan membukanya pelan.
Begitu melangkah masuk, matanya langsung bertemu dengan teman sekelasnya yang tengah mengeluh.
"Shaa, bantu dengerin hafalanku dong!" ucap Tira, yang lagi lagi memotong lamunannya, melihat ekspresi Tira yang sudah capek tapi tetap berusaha tersenyum, membuatnya tertawa.
"Ahahah, boleh! Mumpung aku udah lancar nih," jawab Falisha, sambil melemparkan senyuman lebar.
Walaupun hati kecilnya masih teringat pada pertanyaan yang mengganggu pikirannya, ia berusaha melupakan dengan membantu temannya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI