Mohon tunggu...
Falishach
Falishach Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajarr

Cerita ini, diambil dari sedikit pengalaman di hidupku….

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bingung, Tapi Harus Memilih (Bagian 7)

22 Januari 2025   13:29 Diperbarui: 30 Januari 2025   10:49 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Hening sekali. Terkadang, Falisha merasa seperti dirinya satu-satunya orang di dunia ini. Ia duduk di atas ranjang kasurnya, memandang sekeliling yang penuh dengan suara-suara yang biasa ia dengar, sambil memegang alquran, sesekali falisha melihat ke arah jam dinding yang ada di sudut ruang asrama.

"Jam 14.30 aku mandi deh," gumam Falisha. Di bulan Mei ini, pada hari Ahad, ia sedang berusaha mempersiapkan hafalannya untuk di tes pada hari Selasa nanti sebanyak dua juz.
Karena sedang hari libur, ia memilih untuk memperkuat hafalannya.

Namun, meskipun ia berniat memperkuat hafalannya, pikirannya tak sepenuhnya fokus.
Apa aku bisa? Dua juz dalam waktu singkat, apalagi di waktu yang dekat seperti ini. Aku nggak mau gagal di tes.
Rasa cemas perlahan muncul, tapi Falisha segera mengusirnya. Aku bisa. Aku harus bisa. Ia menatap lembaran-lembaran Al-Qur'an di tangannya, mencoba untuk kembali mengumpulkan ketenangan.

"Sha, mandi tuh, mumpung kosong," ucap Tira, memotong lamunannya.
Falisha melihat ke arah jam dinding, lalu menutup Al-Qur'an dan meletakkannya di atas bantal. Dengan gerakan pelan, ia turun dari ranjang tingkat itu, sambil berkata, "Oke."
Setelah mandi, Falisha merasa sedikit lebih segar. Ia kembali ke ranjang kasurnya, menatap Al-Qur'an yang masih tergeletak di atas bantal.

Kali ini, pikirannya terasa lebih jernih. Ia kembali duduk, mengambil napas panjang, dan mulai membaca dengan penuh perhatian, berusaha menenangkan diri.

"Alhamdulillah," ucapnya pelan, merasa lega karena hafalannya akhirnya nempel juga. Sebuah senyum tipis merekah di wajahnya, merasa bangga dengan dirinya sendiri.

Falisha turun perlahan dari ranjangnya dan bersiap ke gedung untuk sholat Ashar. Setelah itu kegiatan paling seru sehabis Ashar adalah menelepon keluarganya yang sudah sampai di Korea sejak bulan februari kemarin.

Setiap kali mendengar suara ocehan adiknya dan sapa an dari orangtuanya, Falisha merasa sedikit lebih kuat, dan rindu yang sempat mengganjal di hati terasa sedikit berkurang.
Usai sholat Ashar, Falisha pergi ke ruang guru dan meminta izin untuk mengambil handphone-nya.

"Eh, Lisha, mau nelpon ya sekarang? Handphonenya jangan lupa di-set waktunya 30 menit ya," ucap guru yang bertanggung jawab mengurusi telepon para santri dengan senyum yang penuh pengertian.

Di bulan Februari itu, setelah keluarganya tiba di Korea, Falisha mulai terbiasa dengan aturan baru. Kini, kelas tujuh menggunakan handphone jadul, sama seperti kakak-kakak kelas.

Awalnya, Falisha tetap menyepakati aturan itu, yang penting ia masih bisa menghubungi keluarganya. Tetapi saat pertama kali hendak menelpon, ternyata ada sedikit kendala teknis yang mengharuskannya tetap menggunakan handphone biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun