"Enak banget cookies ini, Van!" seru Kisya sambil tersenyum lebar, menggigit potongan besar.
Vanilla tersipu malu. "Makasiih, aku lagi suka belajar bikin masakan gituu."
"Ini buatan kamu?" tanya Afra, matanya melebar sedikit sebelum menggigit lagi cookies di tangannya.
Vanilla mengangguk. "Iya."
"Hmm, aku sih nggak terlalu suka cookies. Tapi makasih ya udah ngasih. Nanti aku kasih ke adikku," ujar Kalya sopan, senyumnya tulus menghargai.
Afra, yang sudah memakan separuh cookiesnya, mendongak.
"Aku juga nggak terlalu suka, tapi ya lumayan lah," katanya santai.
"Ih, ini enak banget loh! Serius, kalian nggak tahu betapa nikmatnya," protes Kisya, matanya berbinar, mengunyah dengan semangat.
Melihat teman-temannya mulai beradu pendapat, Vanilla hanya tertawa kecil, merasa senang sekaligus heran melihat perbedaan selera mereka.
Keesokan harinya, di jam makan siang di sekolah, Vanilla datang dengan wajah ceria. Kali ini, ia membawa sesuatu yang lain.
"Aku habis belajar masak lagi nih," katanya sambil menjulurkan tangan, memberikan tiga risol isi mayo kepada teman-temannya.
"Wah, kebetulan banget aku lagi nggak bawa cemilan, terus kamu malah bikin cemilan kesukaanku! Makasih banget, Van!" seru Afra dengan kegirangan, langsung menyantap risol dengan lahap.
Vanilla, agak terkejut dengan reaksi Afra, hanya tersenyum kecil melihat temannya makan dengan antusias.
"Hmm, punyaku kasih ke Afra aja deh, Van. Aku nggak terlalu suka gorengan," ujar Kisya menolak dengan sopan.
"Ya udah, nih Ra," kata Vanilla pasrah, memberikan risol itu kepada Afra.