Mohon tunggu...
Falishach
Falishach Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajarr

Cerita ini, diambil dari sedikit pengalaman di hidupku….

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bingung, Tapi Harus Memilih (Bagian 4)

14 Desember 2024   18:15 Diperbarui: 14 Desember 2024   18:15 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pagi itu, pukul 06.00, aku dan teman-temanku duduk melingkar. Kami memulai dengan doa bersama sebelum menyetorkan hafalan yang telah ditugaskan kemarin. Setelah doa selesai, aku meluangkan waktu sejenak untuk memperkuat hafalan yang sudah kusiapkan.
Suasana menjadi hening. Semua tampak ragu untuk maju lebih dulu.

Aku menarik napas panjang dan melangkah ke depan, bertekad menjadi yang pertama menyetorkan hafalan. Perlahan, aku mulai membaca ayat-ayatnya. Rasanya seperti ada suara lain yang mencoba menghalangi, tapi aku berusaha tetap fokus. Satu halaman berhasil kuselesaikan.

Tiba-tiba, guruku bertanya, "Kamu sudah hafal surat ini?" Pertanyaan itu membuatku terdiam. Aku bingung harus menjawab apa. Mulutku terasa kering, dan akhirnya aku hanya bisa menggelengkan kepala. Aku tidak tahu kenapa, rasanya seperti ada sesuatu yang menghalangi untuk berbicara.

Guruku mengangguk kecil dan berkata, "Oke, silakan kembali ke tempat duduknya." Hatiku merasa lega. Kini aku bisa menambah hafalan lagi sambil memperhatikan teman-temanku yang lain.

Setelah mengaji bersama, kami mandi dan sarapan sebelum ujian dimulai. Ujian pertama adalah pelajaran Islam---bacaan doa, praktik salat, dan sejenisnya. Meski aku agak canggung, aku bisa mengikuti ujian itu dengan cukup baik.

Namun, rasa cemas muncul saat giliran ujian matematika tiba. Beberapa soal yang keluar ternyata sudah pernah aku pelajari, sehingga aku bisa menyelesaikannya lebih mudah daripada yang aku bayangkan.

Akhirnya, semua ujianku selesai. Hari Sabtu ini benar-benar menegangkan, apalagi saat ujian matematika tadi. Aku sempat agak kehilangan fokus karena tiba-tiba melihat pemandangan dari lantai tiga. Ternyata, aku bisa melihat lapangan luas dan kantin yang dimiliki pondok ini. Kakak-kakak kelas sempat bilang kalau lantai tiga ini banyak cerita horornya, tapi aku hanya menganggapnya sebagai candaan.

Hingga malam hari, aku masih belum punya teman dekat. Ada beberapa teman, tapi rasanya masih canggung. Saat aku sudah siap untuk tidur, aku melihat seorang temanku yang sedang menangis. Mungkin dia kangen orangtuanya.
"Padahal kan besok hari terakhir?" ucapku dalam hati. Aku merasa kasihan, tapi tidak tahu harus bagaimana. Untungnya, ada kakak kelas yang menghampiri dan menghiburnya. Mataku mulai berat, dan akhirnya aku tertidur lelap, meskipun perasaan masih sedikit campur aduk.

Besok paginya, aku melakukan kegiatan yang sama, tapi kali ini, pukul 06.00 pagi sudah tidak ada mengaji lagi. Semua berganti dengan membereskan barang-barang karena sudah mau pulang.
Setelah selesai beres-beres, aku langsung mandi dan pergi sarapan, karena pukul 07.00 nanti akan ada acara penutupan.

Di acara penutupan, ada pemberian hadiah untuk teman-teman yang mendapatkan kategori-kategori seperti "paling cepat berteman," "paling baik," "paling berani," dan semacamnya.
Aku tidak mendapatkan apa-apa. Meski sedikit sedih, tapi aku tidak terlalu memikirkannya. Setelah pembagian hadiah dan sesi foto-foto, kami semua pulang ke rumah masing-masing, dijemput orangtua.

Saat meninggalkan pondok ini, aku tersenyum senang. Dalam hati, aku berharap bisa lulus dari SD dan kembali ke pondok ini. Semoga saja, aku bisa bertemu dengan Filma lagi dan bisa lebih akrab dengan teman-teman yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun