Mohon tunggu...
Falishach
Falishach Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajarr

Cerita ini, diambil dari sedikit pengalaman di hidupku….

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Takut Api?

7 Desember 2024   13:32 Diperbarui: 7 Desember 2024   14:26 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku merasa seperti burung yang akhirnya keluar dari sangkarnya, terbang bebas tanpa ada yang mengikat.
Namun, hidup ternyata tidak seindah yang kupikirkan. Ketika aku mulai mencari pekerjaan dan menjalani kehidupan dewasa, masalah datang menghampiri. 

Aku didiagnosis menderita penyakit asma. Nafasku sesak, dan dunia seakan terasa sempit, penuh dengan ketakutan yang sebelumnya tidak pernah kuhadapi.

Aku baru mengetahui bahwa aku memiliki penyakit ini setelah dokter memeriksaku, dan ia menyarankan agar aku menginap di rumah sakit untuk perawatan. Saat aku terbaring di tempat tidur rumah sakit, rasa hampa menyerang. Rasanya seperti seluruh dunia menghilang.

Dalam kesendirian itu, aku teringat satu hal yang selama ini selalu kuabaikan---salat.
Saat itu, aku belum melaksanakan salat dzuhur, dan tanpa pikir panjang, aku bangkit untuk menunaikannya. Ketika aku mulai salat, tubuhku terasa sangat berat, hampir seperti tak mampu bergerak. Namun, perlahan, di rokaat kedua, tubuhku mulai terasa lebih ringan. Di rokaat ketiga, aku mulai fokus pada bacaan-bacaan yang dulu pernah kuhafal saat SD, dan di rokaat terakhir, aku merasa air mata mengalir begitu saja, tanpa bisa kucegah.

Aku menangis, bukan karena rasa sakit, tapi karena kehangatan yang mulai meresap dalam hatiku. Aku merasa begitu dekat dengan Tuhanku, seolah-olah segala ketakutanku menguap begitu saja. Aku merasa seperti sedang dipeluk oleh-Nya, dan tubuhku yang tadi terasa lelah kini menjadi hangat.

Air mataku terus mengalir, seakan memberiku ketenangan yang luar biasa.
Aku menyelesaikan sholat dengan isakan, dan pertanyaan-pertanyaan itu datang begitu cepat: Kemana saja aku selama ini? Kenapa aku baru merasa hangat sekarang? Apakah ini yang disebut hidayah?

Usai sholat, aku kembali terbaring di kasur rumah sakit, memejamkan mata, berdoa dalam hati, dan memohon ampun. Aku merasa bahwa agama yang aku peluk selama ini adalah tempat yang tepat untukku, dan aku merasa nyaman dengan kepercayaanku.

Rasa takut yang dulu menghantui kini berubah menjadi rasa kedamaian yang tak terlukiskan. Mungkin ini yang dinamakan hidayah---sebuah kedamaian yang datang begitu tiba-tiba, mengubah segalanya dalam sekejap.

"Tabarakallahh Azlan," sela ustadz yang mendengarkan kisah Azlan yang sangat mengharukan, disambung dengan tepukan tangan penuh semangat dari ketiga temannya. Suasana ruangan ngaji itu mendadak terasa hangat dan mengharukan, seolah-olah seluruh ruang dipenuhi dengan cahaya yang menenangkan.

"Istiqomah terus ya Lan," ucap salah satu temannya dengan senyuman lebar sembari menepuk pundak Azlan dengan lembut. Azlan merasa seolah-olah beban yang selama ini dipikulnya sedikit lebih ringan, melihat ketulusan di mata teman-temannya.
Sejak kejadian itu, Azlan mulai memperdalam dan mengenal agama Islam dengan penuh semangat. 

Kini, ia memiliki tiga teman yang sama-sama belajar agama Islam dengannya, dan seorang ustadz yang dengan sabar siap menjawab segala pertanyaannya. Mereka semua saling mendukung, belajar bersama dengan tekun, dan merasakan kedekatan yang lebih kuat dengan agama yang mereka cintai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun