Mohon tunggu...
Hanifah Salma Muhammad
Hanifah Salma Muhammad Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis merupakan seorang pascasarjana yang mengambil fokus pada bidang hukum keluarga yang memiliki hobi meneliti, menulis dan berolahraga. Dalam web ini, tulisan-tulisan yang akan di posting lebih fokus dalam membahas terkait hukum, keluarga, perekonomian dan anak yang diharapkan bermanfaat untuk masyarakat luas. Karya penulis dalam jurnal juga dapat di lihat dalam GoogleSchoolar. Mari tumbuh, berkembang, dan maju bersama untuk bangsa dan negara.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Generasi Muda dan Tantangan #Desperate di Dunia Kerja, Apa Peran Pemerintah dan Keluarga?

9 Oktober 2024   19:29 Diperbarui: 10 Oktober 2024   12:02 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena tagar #desperate yang marak di media sosial akhir-akhir ini mencerminkan keputusasaan yang dirasakan oleh banyak anak muda dalam menghadapi dunia kerja. Istilah ini tidak hanya sekadar tren, tetapi juga menjadi suara keprihatinan generasi muda terhadap minimnya peluang kerja dan ketatnya persaingan. 

Di Indonesia, tingkat pengangguran khususnya di kalangan lulusan baru semakin tinggi, sementara lapangan kerja yang layak terasa semakin sulit didapatkan. 

Jadi, di balik semua ini, ada peran yang besar bagi pemerintah dan keluarga untuk membantu mengatasi situasi tersebut.

Mengapa #Desperate Muncul?

Tagar #desperate lahir dari ketidakpastian yang dihadapi generasi muda dalam mencari pekerjaan. Salah satu faktor utama yakni ketidaksesuaian antara keahlian yang dimiliki dengan kebutuhan industri. 

Banyak lulusan yang mengeluhkan bahwa meskipun telah menempuh pendidikan tinggi, kesempatan kerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka. 

Selain itu, ada faktor-faktor eksternal seperti pertumbuhan ekonomi yang melambat, otomatisasi yang mengurangi kebutuhan tenaga kerja manusia, dan pandemi yang memperburuk krisis tenaga kerja.

Dalam situasi seperti ini, anak muda yang belum mendapatkan pekerjaan seringkali mengalami tekanan mental dan emosional. 

Umumnya, anak-anak muda merasa putus asa karena tidak adanya arah yang jelas dan ketidakpastian masa depan. Pencarian kerja yang berlangsung lama tanpa hasil dapat mempengaruhi harga diri, motivasi, dan kesehatan mental seseorang.

Maka dari itu, yang menjadi pertanyaan besar terhadap fenomena ini yakni: Apa Peran Pemerintah dalam Mengatasi Masalah Ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun