Mohon tunggu...
Hanifah Callysta
Hanifah Callysta Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Namaku Hanifah Callysta. Aku biasa dipanggil Hani. Umur ku 14 tahun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ada yang Lebih Mencintaimu Selain Aku

10 Oktober 2023   16:22 Diperbarui: 2 November 2023   21:53 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langkah Fany terasa berat untuk pulang ke rumah, pandangannya sayu. Pelajaran hari ini sungguh menyita pikiran dan tenaganya, tak seperti biasanya kalau dalam kondisi seperti ini Fany ingin segera sampai ke rumah. Tapi tidak untuk hari ini kedatangan nenek dari kampung kemarin membuat Fany bosan. Ya....seperti biasa nenek datang dengan keperluan entah apa, yang jelas bagi Fany itu adalah hal yang sama, sama dalam semua cerita nenek, membandingkan cucunya Aldo dan Fany. orang tua Aldo dan Fany adalah kakak beradik dari pihak ibu. Bedanya Aldo masuk pesantren sementara Fany masuk SMU favorit di kotanya. 

Sreett... pintu pagar pun dibuka Fany dengan tenaga yang masih tersisa, pagar berkarat itu selalu lupa untuk diberi oli sebagai pelumas. Senyuman nenek menyambut Fany di pintu rumah. Tak heran suara pintu pagarlah yang membuat siapa saja di dalam rumah buru-buru untuk melihat siapa yang datang. Assalamualaikum....nek sambil menyodorkan tangan Fany memberi salam kepada neneknya. Waalaikumsalam....Kenapa kok lama sekali pulangnya tanya nenek. Seketika Fany yang sedang melangkah ke ruang tamu berhenti dan membalikkan badannya mengarah ke sumber suara. Emang hari-hari Fany pulang jam segini nek jam 16.00 dan sebentar lagi Fany mau pergi les dan pulang jam 18.00. Jawabnya sambil berlalu meninggalkan neneknya. 

Byuurr.... Byuurr.... Air ini sungguh membuat badan Fany segar. Dengan cepat ia mengusapkan sabun ke seluruh tubuhnya dan tak lupa tentunya menggosok giginya yang putih. Ia harus berpacu dengan waktu jika tidak ingin terlambat mengikuti Les hari ini. Seminggu lagi ujian akan dimulai. Ujian terakhir Ia di SMU ini. Dan sebentar lagi akan terjawab apakah usahanya selama ini akan bisa sampai target yang ia inginkan. Ya...targetnya adalah lulus dengan nilai yang bagus sehingga bisa kuliah di fakultas kedokteran yang ia idamkan. 

Fany....cepat....Nanti telat suara bunda terdengar sampai ke bilik Fany. Iya bunda...Fany yang sedang menyiapkan buku untuk les segera keluar dan menghampiri bunda dan langsung menaiki motor. Motor yang dibawa bunda melaju dengan pesat ke pusat kota, tempat les Fany memang tergolong fasilitas dan guru yang terbaik di kotanya. Tak tanggung-tanggung bunda harus rela mengeluarkan biaya yang mahal untuk itu semua. Rutinitas ini adalah pemandangan satu tahun belakangan ini. Bunda yang hanya seorang single parents harus berjuang untuk anak semata wayangnya. Semua pekerjaan dilakoninya asalkan halal. Sedikit demi sedikit bunda mengumpulkan uang hingga akhirnya bisa membeli kedai di pasar. kedai yang menjual sembako tapi lebih didominasi dengan jualan telur ayam. 

Nur... Apa tidak sebaiknya kamu pertimbangkan lagi niat dari Wagimin untuk memperistrimu? nenek yang sedari tadi duduk menemani bunda yang sedang menghitung pembukuan jualan hari ini. tidak bu...Nur sudah nyaman dan bahagia dengan keadaan sekarang bu. Fany sebentar lagi akan masuk fakultas jadi Nur ingin fokus untuk Fany bu. Semenjak ayah Fany meninggalkan mereka tanpa kabar, bunda seolah-olah menutup pintu hatinya untuk pria lain. Di mata bunda semua laki-laki sama. Sama-sama akan membuat hatinya nanti terluka. 

Dua minggu ini Fany kelihatan sibuk sekali. Hari-harinya dihiasi dengan buku, buku dan buku. Hanya sesekali ia akan keluar kamar, palingan hanya untuk ke kamar mandi, sementara makan pun ia lakukan di dalam kamarnya. Nenek yang biasanya bercerita tentang Aldo si cucu kesayangannya urung niat untuk mengajak Fany bercerita karena melihat kesibukan Fany sekarang. Ya...memang Aldo lah yang selalu jadi kebanggaan nenek. Aldo yang mempunyai hafalan 5 juz Al-Quran dan menempuh pendidikan di pesantren yang tergolong bagus dan berkelas di provinsi sebelah. Sementara Fany hanya seorang anak yang biasa saja soal akademik tetapi sebenarnya anak yang luar biasa soal Qiyamul Lail. Baginya ilmu itu bukan hanya di kertas tetapi juga harus dipraktekkan. Mata pandanya adalah salah satu ciri khasnya Fany yang selalu menghidupkan malam dengan sujud dua rakaat, Keluarga kita boleh sederhana tetapi Ibadah harus yang terbaik itulah selalu disampaikan bunda padanya. 

Bunda... seandainya Fany belum bisa masuk fakultas kedokteran bagaimana ya bun? Seketika mata Fany berkaca-kaca menatap sang bunda yang selalu menemani malam-malam tahajudnya. Bunda yang baru saja selesai berdoa langsung membalikkan badan dan memeluk Fany erat. Kenapa Fany bicara seperti itu nak?bukankah Fany sudah berusaha sebaik mungkin? selanjutnya biarkan Allah SWT yang mengatur. Kita cukup berusaha agar apa yang Fany inginkan terkabul. Fany menatap bundanya dengan lekat, Fany merasa tenang mendengar ucapan bunda. Bunda yang semenjak Fany duduk di sekolah dasar selalu pasang badan untuk kebutuhan Fany. Tak pernah Fany mendengar bunda mengeluh. Semuanya damai dan tentram di hati Fany. Sebenarnya bagi Fany masuk ke fakultas kedokteran bukanlah pilihan yang utama. Karena seiring dengan waktu cita-cita itu tiba-tiba memudar, setelah Fany duduk di kelas 3 SMU ini. Semua bermula ketika kakak Alumni datang bertamu ke SMU tempat Fany sekolah, kakak itu lulusan STAN setelah mendengar cerita itu Fany rasanya punya energi baru untuk mencoba mengikuti STAN siapa tahu lulus. Itulah yang ada dipikiran Fany. Sekolah kedinasan yang nantinya akan dibiayai oleh negara dan selama kuliah akan terima uang saku dan kuliahnya juga tidak lama-lama dan yang terpenting adalah bisa langsung kerja jadi pegawai. Itulah yang dia tangkap dari penjelasan kakak Alumni. 

Ujian telah usai, tibalah saatnya mempersiapkan diri, mau di bawa kemana ijazah ini pikir fany. 

Ananda sekalian yang kami sayangi, kami majelis guru mengucapkan selamat kepada ananda atas prestasi yang ananda ukir di SMU yang kita banggakan ini, pesan ibu buat Ananda semua agar jangan pernah menyerah untuk belajar, kejarlah cita-citamu ananda. Itulah pidato yang Fany dengar di sekolahnya kemarin. Lusa adalah hari ujian online STAN yang akan diikuti Fany. Fany sangat bersemangat menyiapkan diri, buku-buku tampak berantakan di meja belajar Fany. Sudah beberapa minggu ini ia telah membedah isi buku itu semua. Serasa sudah menguasai Fany yakin dan optimis akan lulus di sekolah kedinasan dan kedokteran. 

Waktu ujian keduanya tidaklah jauh hanya berselang beberapa hari saja. Soal-soal yang ia kerjakan berasa begitu mudah untuk dijawab, mungkin karena persiapannya sudah matang. Sehingga bisa dengan mudah ia jawab, dan tak lupa tentunya jalur langit yang dikerjakan bundanya selama ini. Fany yakin sekarang kenapa bunda selalu bilang tahajjud. 

Mata Fany terlihat basah dan merah pelukan bunda selalu menenangkan hatinya yang galau. Bunda...apakah bunda sayang sama Fany bun??? Fany takut. Kenapa nak? Fany jangan pernah takut pada siapapun kecuali hanya kepada Allah SWT nak. Ingat pesan bunda ya!! Malam ini terasa lama sekali. Fany ingin malam ini cepat berlalu. Besok adalah pengumuman fakultas kedokteran dan STAN. Sulit sekali mata Fany untuk di pejamkan, seolah-olah rasa kantuk itu hilang entah kemana. Di tatapnya wajah bunda yg mulai keriput dimakan usia, didalam hati Fany bangga dan bersyukur mempunyai bunda yang sangat baik dan penyayang kepadanya. 

Fany bergegas pergi ke konter HP, membeli paket dua giga. Konter HP yang jaraknya lumayan jauh kalau ditempuh dengan jalan kaki. Iya tak melihat sosok bunda dan nenek di rumahnya. Didalam hati Fany bergumam, pasti bunda sudah ke kedai. 

Cukup lama Fany mengotak atik HPnya di konter. HP yang butut itu seolah-olah tak bersahabat karna loading terlalu lama. 

Akhirnya... Gumam Fany dalam hati, matanya fokus melihat satu persatu informasi yang ada di laman layar HP itu. Banyak sekali... Cetusnya, dengan teliti ia terus membaca pengumuman itu. 

Bunda....Bunda....Bunda...... Fany lari kegirangan karena ia ternyata lulus kedokteran dan STAN. Fany berlari kerumahnya, langkahnya tak lagi ia hiraukan karna perasaan bahagia yang luar biasa didalam dada. Bunda...b-b-unda...Fany terdiam karena melihat bendera putih yang ada di rumahnya dan banyak orang di sana. Terlihat juga neneknya yang menangis, Fany terduduk di tanah teras rumahnya. Ada apa ini?? Fany terdiam dan tidak bisa mengatakan apapun ia hanya bisa menangis serta lemas, dengan lunglai ia masuk ke dalam rumahnya, dan melihat bundanya telah terbaring kaku dibalut dengan kain putih di tengah ruangan tamu. Ia tidak bisa menerima itu semua, Fany berteriak bunda...bunda...Fany sudah lulus bunda...Fany sudah lulus bunda...bundaaaa air mata membasahi wajahnya yang bersih. Bunda...fany lulus kedokteran dan STAN bunda, fany memeluk badan kaku bundanya. Nenek...apa yang terjadi dengan bunda nek? Nenek berusaha menenangkan fany dan menjelaskan kalau bunda tadi pagi pingsan di kedai dan sempat dilarikan ke Rumah sakit tapi nyawa bunda sudah tidak bisa tertolong. Fany menatap wajah bundanya yang bersih, ternyata malam tadi adalah malam terakhir Fany bisa berkeluh kesah dengan bundanya, dan sekarang Fany harus bisa menentukan tujuannya hidupnya sendiri. Bunda...fany akan buat bunda bangga ucapnya dalam hati. Fany ikhlas... Fany sayang bunda tapi Allah jauh lebih sayang sama bunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun