CERPEN.Â
By.Hanifah Muslimah
Hilya AureliaÂ
      Langit Sore dengan awan berwana gelap tak mematahkan semangat seorang gadis bergamis panjang itu. Hilya Aurelia Permata, panggil saja Hilya. Hilya seorang gadis yatim piatu yang berjuang dengan satu kakinya. Di umur 20 tahun Hilya memutuskan untuk berusaha mencari pekerjaan, tak ingin terus-terusan menyusahkan ibu panti yang selalu menjaga dan merawatnya. Hilya ingin berusaha mandiri dan bisa berguna bagi orang di sekitarnya.
Hilya berjalan tertatih kesana kemari menawarkan bunga di tangannya. Di taman tengah kota menjadi tempat tujuan Hilya berjualan kali ini. "Bunganya mbak, bisa untuk pacar atau ibunya?". Â Hilya dengan ramah menawarkan rangkaian bunga-bunga itu. "Gak dulu, sana-sana ganggu aja!". Jawab wanita itu dengan gerakan tangan mengusir tanpa melihatnya. Wanita itu hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus dengan handphone di tangannya.
   Senyum Gadis berjilbab itu tak pernah luntur dari wajahnya, ia memang seorang yang ramah. Hilya selalu ingat pesan ibu pantinya. "dunia ini memang penuh cobaan, tak hanya alam yang beragam namun sifat manusia di dunia ini juga beragam banyaknya. Jadi nanti kamu harus kuat ketika bertemu siapapun itu dan bagaimanapun wataknya. Tetaplah selalu rendah hati, dan bersabar. Percayalah Allah selalu bersama hamba-hamba-Nya yang sabar dan mau berusaha." Ya sekilas pesan-pesan dari ibu Ranti sebagai ibu di panti teringat olehnya.
Gemuruh di langit mulai terdengar dan awan terlihat bertambah gelap, tetesan demi tetesan air mulai turun dari langit. Hilya dengan terburu-buru segera berteduh di sebuah halte. Tetesan air dari langit itu kini bertambah banyak, hujan benar-benar datang dengan kilat-kilat menghiasinya. "Alhamdulillah", "Allahumma shayyibana naafi'an"Â Ucap syukur dan doa Hilya atas karunia-Nya.
      Hilya kini tinggal seorang diri di sebuah rumah kos sederhana. Setelah lulus SMA Hilya diberi tawaran untuk bekerja di panti saja, namun itu tak Hilya ambil. Hilya ingin merubah nasibnya, ia ingin bekerja dan melanjukan pendidikannya. Ya Hilya ingin melanjutkan pendidikannya hingga sarjana. Panti asuhan tempat Hilya Tinggal cukup jauh dari perkotaan, dan  akhirnya Hilya meminta izin untuk mencari tempat tinggal dan bekerja di kota.
Selembaran poster dari suatu universitas tergelatak di dekat Hilya. Hilya membaca dengan cermat semua isi poster yang sedikit basah tersebut. "Mereka mengadakan beasiswa lagi, aku akan coba kembali". Hilya tersenyum semangat.  Sebelumya Hilya pernah mengikuti beasiswa  tersebut namun sepertinya bukan rezekinya, ia belum lolos dalam beasiswa tersebut. Hari ini seakan Allah memberinya kesempatan lagi, Hilya akan kembali berusaha.
Â
       Seminggu sudah setalah Hilya mengikuti ujian beasiswa itu, kini ia tinggal menunggu hasilnya. Hilya kembali berjualan bunga, sebelum berangkat berjualan Hilya merangkai bunga-bunga terlebih dahulu. Dari dulu Hilya memang suka menanam bunga, ia pernah mempunyai impian memiliki toko bunga yang besar. Di depan rumah dengan halaman yang kecil itu Hilya memanfaatkannya untuk menanam bunga. Modal yang ia dapat dari orang panti Hilya gunanya untuk membeli bibit-bibit bunga.  Hilya tak pernah sedikitpun melupakan orang yang sudah berjasa kepadanya, setiap 1 sampai 3 bulan sekali Hilya menyempatkan berkunjung ke rumah panti.
Hari ini penjualan bunga Hilya cukup banyak, mungkin juga karena hari ini adalah hari kasih sayang. Biasanya memang begitu, di setiap ada hari-hari spesial pasti pendapatannya cukup meningkat.