Mohon tunggu...
hanie vidyachristie
hanie vidyachristie Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang guru SMK di Kota Malang dengan Latar Belakang Pendidikan S-1 Pendidikan Kimia di Unversitas Negeri Surabaya dan S-2 Pendidikan Kimia di Universitas Negeri Malang. Hobi belajar hal-hal atau ilmu baru dan terus meningkatkan kompetensi diri. Baru-Baru ini aktif menulis buku Antologi tentang Kurikulum Merdeka cetakan Azkiya Publisher

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

2 Mei 2023   04:04 Diperbarui: 2 Mei 2023   04:06 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Agar sebuah keputusan yang diambil tepat, maka perlu dilakukan langkah pengujian keputusan, dimana nilai-nilai yang diperacaya seseoang juga akan berpean didalamnya. Langkah-langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan tersebut secara umum terdiri atas 9 langkah, yakni:

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan dalam sebuah kasus atau situasi yang terjadi.
  • Menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut.
  • Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang terjadi.
  • Melakukan pengujian benar atau salah dengan cara: a) uji legal, b) Uji regulasi/standar professional, c) uji intuisi, d) uji publikasi, dan e) uji panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar.
  • Melakukan prinsip resolusi melalui tiga prinsip; End-Based Thinking, Rule-Based Thinking dan Care- Based Thinking
  • Melakukan investigasi opsi trilema
  • Membuat sebuah keputusan
  • Melakukan refleksi terhadap keputusan yang telah diambil.

 

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan "coaching" yang diberikan oleh pendamping/fasilitator dalam proses pembelajaran ini sangat bermanfaat dan berkorelasi dengan cara seoang coachee dalam membangun dan menemukan solusi atas permasalahannya secara mandiri dengan dampingan coach. Jika seorang coachee telah memiliki nilai-nilai kebajikan universal yang tertanam dalam dirinya dan telah memahami/terbiasa dengan pola fikir dan pola laku langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan, maka tentu akan semakin akurat, spesifik, dan kreatif solusi-solusi yang dapat dimunculkan oleh seorang coachee, dalam hal ini guru yang sekaligus seorang pemimpin pembelajaran.

 

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Seorang guru yang matang secara social dan emosional serta mampu menyadari aspek social emosionalnya akan cenderung lebih mampu mengambil keputusan khususnya terkait masalah dilema etika yang dihadapinya secara lebih tenang, bijaksana, bertanggungjawab, dan obyektif karena setiap tindakan/keputusan yang diambilnya dilakukan dengan penuh kesadaran (mindfulness) dan mempertimbangkan semua nilai-nilai yang terlibat dalam dilema etika tersebut untuk dilakukan pengujian dan pengambilan keputusannya.

Seorang guru yang memiliki kecerdasan social dan emosional yang baik, akan mampu menempatkan dirinya di posisi yang tepat sebagai seorang manajer dan pemimpin yang bijaksana. Kematangan dan ketepatan seorang guru dalam melihat nilai-nilai yang terlibat dalam dilema etika, serta keterampilan seorang guru dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan menentukan bagaimana nasib peserta didik, rekan, sejawat, dan lingkungan sekolah (organisasi) pada umumnya.

 

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap guru pasti akan berhadapan dengan situasi masalah-masalah moral atau etika dan itu merupakan sebuah tantangan atau kesulitan tersendiri bagi setiap guru. Sering kali suatu permasalahan dapat dipandang lebih dari satu sisi, sehingga terkait masalah benar dan salah sangat dipengaruhi nilai-nilai yang berlaku atau dipercaya pengamatnya. Bisa saja masalah siswa terlambat misalnya, merupakan masalah besar bagi satu guru karena menunjukkan pelanggaran siswa terhadap nilai-nilai kedisiplinan dan tanggungjawab. Hal ini menunjukkan kepemimpinan seorang guru yang tegas dan otoriter. Namun bagi guru lain dapat saja keterlambatan siswa bukanlah hal yang besar karena profil siswa tentang kedisiplinan dan tanggung jawabnya tidak hanya dapat digambarkan dari satu aspek saja, yaitu keterlambatan. Sebagai seorang guru juga perlu mengetahui betul alasan dibalik keterlambatan siswanya. Hal ini menunjukkan kepemimpinan seorang guru yang bijaksana dan humanis.

Kesimpulannya, jika merujuk pada sudut pandang subyektif sebagai seorang individu, penanganan masalah moral/etika disekolah tentu akan sangat bervariasi, bergantung pada penilaian atau nilai-nilai yang dipercaya oleh seorang guru atau pemimpin. Akan tetapi yang perlu menjadi parameter kontrol atau pegangan seorang pemimpin dalam pengambilan keputusan terkait masalah moral/etika adalah paradigma dan prinsip-prinsip berfikir, serta langkah-langkah pengujian yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan yang harapannya dapat adil, menjunjung tinggi kepentingan peserta didik, tidak melanggar nilai-nilai kebajikan universal, dan bertanggung jawab. Artinya dengan kata lain, nilai-nilai kebajikan universal bukan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan, namun juga perlu mempertimbangkan fakor lainnya demi kemaslahatan bersama.

 

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman karena keputusan yang diambil secara tepat akan melalui proses pemikiran, pengumulan bukti/fakta-fakta, analisis dan tindak lanjut yang komprehensif, serta melewati langkah-langkah pengujian yang terukur sebelum akhirnya diputuskan dengan mempertimbangkan beberapa faktor antara lain:

  • Nilai-nilai yang saling bertentangan dana tau terlibat dalam sebuah kasus atau situasi yang terjadi.
  • Menentukan siapa saja yang terlibat dalam situasi tersebut.
  • Fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang terjadi.
  • Tahapan pengujian benar atau salah dengan cara: a) uji legal, b) Uji regulasi/standar professional, c) uji intuisi, d) uji publikasi, dan e) uji panutan/idola
  • Pengujian paradigma benar lawan benar, apakah:

Individu lawan kelompok (individual vs community)

 Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

 Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

 Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

  • Prinsip resolusi melalui tiga prinsip; End-Based Thinking, Rule-Based Thinking dan Care- Based Thinking
  •  Investigasi opsi trilema
  •  Pembuatan keputusan, dan
  •  Refleksi terhadap keputusan yang telah diambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun