Mohon tunggu...
Hani
Hani Mohon Tunggu... Guru - Growing

"Sedang bertumbuh menjadi orang yang lebih baik, salah satunya dengan menulis." ~Hani~

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Tak Mungkin Membuat Semua Orang Senang (Review Buku)

29 Desember 2024   20:29 Diperbarui: 30 Desember 2024   13:39 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi jangan takut dibenci, karena kamu menolak permintaan orang lain. Jika kamu terus berkata ya atas permintaan orang lain sampai jadi beban, dia akan terus meminta ke kamu, meski mereka tahu permintaan itu kelewat batas.

Kenyataan dalam hidup ini, kita tidak bisa menyenangkan semua orang.

Aku jadi teringat kisah Lukmanul hakim bersama anaknya yang tak mungkin membuat semua orang senang terhadap apa yang dilakukan.

Dalam sebuah kesempatan, saat Luqman mengajari puteranya dengan kehidupan nyata di tengah-tengah masyarakat bersama seekor keledai, Luqman berkata, Wahai putraku! Lakukanlah hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi agama dan duniamu. Terus lakukan hingga kau mencapai puncak kebaikan. Jangan pedulikan omongan dan cacian orang. Apapun yang diperbuat oleh seseorang akan selalu ada yang mempersalahkan. Selalu saja ada yang tidak setuju. 

Kemudian Luqman menaiki keledai dan menyuruh puteranya berjalan menuntun keledai. Sekelompok orang yang menangkap pemandangan yang menurut mereka aneh, segera berkomentar mencaci: Anak kecil itu menuntun keledai, sedang orang tuanya duduk nyaman di atas keledai. Alangkah congkak dan sombongnya orang tua itu. Luqman pun berkata: Puteraku, coba dengar, apa yang mereka katakan.

Luqman lalu bergantian dengan puteranya, kini giliran Luqman yang menuntun keledai, dan puteranya naik di atasnya. Mereka melanjutkan perjalanan hingga bertemu sekelompok orang. Tak pelak, orang-orang pun segera angkat bicara setelah menangkap pemandangan yang tak nyaman di mata mereka. Lihatlah, anak kecil itu menaiki keledai, sementara orang tua itu malah berjalan kaki menuntunnya. Sungguh, alangkah buruknya akhlak anak itu. Luqman kemudian berkata kepada puteranya: Anakku, dengarlah apa yang mereka katakan.

Mereka berdua melanjutkan perjalanan. Kali ini, keduanya menaiki keledai mungil itu. Mereka berdua terus berjalan hingga melewati sekelompok orang yang duduk di pinggir jalan. Lagi-lagi, mereka berkomentar saat melihat Luqman dan puteranya. Dua orang itu naik keledai berboncengan, padahal mereka tidak sedang sakit. Mereka mampu berjalan kaki. Betapa mereka tak kasihan pada hewan, sindir seseorang yang melihat luqman. Lihatlah apa yang mereka katakan, wahai puteraku! Luqman kembali menasihati puteranya.

Tanpa menghiraukan caci maki orang-orang itu, Luqman dan puteranya kembali melanjutkan perjalanan. Terakhir kali, mereka berjalan kaki bersama, sambil menuntun keledai. Subhanallah! Lihat, dua orang itu menuntun keledai bersama, padahal keledai itu sehat dan kuat. Kenapa mereka tidak menaikinya saja? betapa bodohnya mereka.

Dengarlah apa yang mereka katakan! Bukankah telah aku katakan padamu? Lakukan apa yang bermanfaat bagimu dan jangan kau hiraukan orang lain. Aku harap kau bisa mengambil pelajaran dari perjalanan ini, kata Luqman mengakhiri perjalanan bersama puteranya.

Cerita kebijaksanaan Luqman bersama anaknya dapat kita ambil hikmahnya, bahwa manusia haruslah menjadi orang yang kuat, sehingga memiliki pendirian yang teguh dan kokoh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun