Dalam hidup ini, kita, khususnya perempuan mungkin sering berada di dalam posisi si komedian tadi. Komentar-komentar soal fisik sering mampir ke telinga kita. Kita barangkali lebih sering ikut tertawa, karena kalau kita tersinggung, kita akan dicap sebagai orang yang terlalu sensitif atau terlalu serius dan gak bisa diajak bercanda.
Lalu, bagaimana cara menghadapi komentar kasar dari orang lain dengan lebih elegan tanpa marah-marah atau menangis.? Tapi, penulis bilang, cara-cara yang ada di buku ini membutuhkan latihan. Penulis sendiri pun berlatih untuk dapat mengekspresikan diri.
Satu kutipan yang menarik:
Aku terus berlatih tanpa kenal lelah dan akhirnya sekarang tidak lagi terus memikirkan orang-orang yang menyakiti perasaaanku dan tidak lagi menghukum diriku sendiri.
Dengan kata lain, penulis mau bilang bahwa ikut tertawa atas komentar kasar orang lain sama saja menghukum diri sendiri.
Tulisan lain yang menurutku relevan dengan kebiasaan masyarakat indonesia, yaitu tulisan yang berjudul: Belajar Menolak dengan Tegas dan Berkelas.
Kenapa aku bilang relevan? Karena orang Indonesia itu kebanyakan suka gak enakan. Kalian mungkin sering mengatakan beberapa hal ini di dalam hati:
Duh sebenarnya aku lagi banyak kerjaan, tapi aku gak enak nolak.
Dan segudang gak enakan lainnya. Oke, pada dasarnya kamu itu orang baik, senang membantu orang lain. Tapi kalau kondisi kamu sedang banyak kerjaan, tapi memaksakan diri untuk membantu, sampai-sampai kamu begadang dan sakit, kamu perlu evaluasi diri.
Kalau kondisinya seperti itu, kamu itu sedang berada dalam kondisi yang kurang tepat untuk membantu orang lain. Di saat seperti ini, kamu harus mencari cara untuk menolak tanpa menyinggung perasaan orang lain.
Bagaimana caranya? Ya harus terus terang dengan keadaanmu saat ini. Misalnya kalau memang jadwal deadline pekerjaan cukup padat, kamu bisa mengatakan apa adanya. Dengan begitu, orang yang meminta tolong akan mengerti posisi kamu dan dia bisa mencari alternatif lain.