Mohon tunggu...
nur khanifah
nur khanifah Mohon Tunggu... Buruh - SEO

lahir di cilacap

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bayi Sungsang! Pengalaman Melahirkan Caesar Anak Pertama- Kapsul Kutuk Premium

18 Februari 2019   13:20 Diperbarui: 21 Februari 2019   10:11 2840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kapsul kutuk premium/dokpri

Apa sih yang dipikirkan oleh ibu-ibu muda mengenai caesar? menakutkan, lama sembuh, nyeri, biaya mahal.

Ya. Pasti setiap perempuan akan memikirkan cara melahirkan anak suatu hari nanti. Maka dari itu saya ingin menceritakan pengalaman melahirkan caesar yang pernah saya lakukan.

Caesar merupakan melahirkan dengan tindakan melakukan sayatan pada perut untuk mengeluarkan bayi. Pembahasan ini merupakan hal yang menarik bagi ibu-ibu muda dan bagi mereka yang akan melahirkan anak pertamanya. Pastinya merasa deg-degan dan menimbulkan berbagai pertanyaan yang sulit untuk diungkapkan.

Bagaimana prosesnya? Sakit atau tidak? Bagaimana rasanya dibius? Apakah obat bius berpengaruh? dan banyak lagi pertanyaan. Bagi para ibu muda, mereka akan melakukan berbagai hal untuk mencari informasi seputar persalinan melalui buku ataupun internet agar mereka lebih siap dan siaga sebelum waktu persalinan. Seperti yang saya lakukan, disini saya akan menceritakan bagaimana saya bisa melahirkan caesar sampai detail prosesnya.

Ini memang kehamilan pertama saya. Setelah menunggu selama satu tahun setelah menikah akhirnya saya diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk hamil. Sesuai dengan kebanyakan ibu hamil, saya juga merasakan nyidam, mual, muntah, bahkan susah untuk tidur. Dari awal kehamilan sampai usia kehamilan 32 minggu dokter mengatakan bahwa semuanya normal dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bahkan saya bisa melahirkan normal karena posisi bayi yang sudah bagus.

Namun, ketika usia kehamilan di 34 minggu ternyata dokter mengatakan posisi bayi saya mendadak sungsang, hal ini diketahui melalui USG yang dilakukan. Rasanya sangat takut dan panik karena ini merupakan kehamilan pertama saya. Akan tetapi dokter menenangkan saya dan menyarankan untuk nungging dengan dada menyandar alas minimal 5 kali sehari.

Apabila sampai usia 39 minggu posisi bayi saya masih sungsang, maka terpaksa harus melahirkan secara caesar. Karena keinginan saya ingin melahirkan normal maka sebisa mungkin saya berusaha melakukan apa yang disarankan oleh dokter. Setiap hari saya melakukan posisi nungging, mengepel lantai secara manual, bahkan saya ikut senam khusus ibu hamil.

Usaha yang saya lakukan ternyata tidak berhasil. Ketika umur kehamilan masuk 38 minggu hasil USG yang dilakukan ternyata masih sama posisi bayinya. Mau tidak mau saya harus melahirkan secara caesar sebelum usia kehamilan menginjak 40 minggu. Karena menurut artikel yang saya baca, apabila melahirkan secara caesar harus dimajukan dari hari perkiraan lahir (hpl) karena beresiko tinggi dan takut keburu lahir.

Hpl jatuh pada tanggal 28 Februari 2014, namun saya bersama suami sudah mempersiapkan dari awal bulan. Saya dan suami melakukan pemeriksaan sekali lagi sekalian untuk berkonsultasi ke dokter tentang waktu yang tepat melakukan caesar, tentunya sebelum HPL.

Malam tanggal 10 Februari 2014, saya merasakan ketidaknyamanan ketika tidur, semalaman hanya guling kanan kiri dengan suami saya sesekali mengelus-elus perut saya. Ketika pagi hari, saya merasa ingin buang air kecil, dan langsung kaget ketika melihat ada bercak darah segar di celana saya. Saya langsung berbicara kepada suami dan orang tua saya, pada pukul 7 saya dibawa ke puskesmas namun pendaftaran baru akan dibuka sekitar setengah 8.

Karena merasa tidak sabar, akhirnya saya mengajak suami untuk mencari rumah sakit terdekat, namun UGD tidak melayani pasien yang kurang darurat. Saya harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu dan harus membawa surat rujukan dari puskesmas apabila ingin membayar biaya persalinan menggunakan jaminan. Oleh karena itu saya harus kembali lagi ke puskesmas dan ternyata sudah ada yang mengantri disana. Saya harus menunggu panggilan sekitar 30 menit.

Setelah mendapat surat rujukan, saya memutuskan untuk kembali kerumah terlebih dahulu untuk mengambil perlengkapan yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari. Setelah itu saya kembali lagi ke rumah sakit sekitar pukul 12 dan pendaftaran untuk poliklinik sudah tutup, maka dari itu saya langsung pergi ke UGD dan ternyata sudah pembukaan satu.

Suami saya langsung diminta untuk mengisi data-data yang diperlukan serta sebuah surat penjanjian dari rumah sakit. Perawat langsung memasang infus dan pemasangan karteter. Ketika pemasangan infus saya tidak terlalu panik dan terasa biasa karena tidak sakit, namun ketika pemasangan karteter saya sedikit teriak karena kaget dan merasa panik.

Pemasangan karteter sebagai jalan kita untuk buang air kecil, namun ketika saya ingin buang air kecil rasanya tidak bisa keluar, tapi ternyata kantongnya sudah penuh. Setelah suami saya selesai mengisi data, dia langsung menemani saya bersama dengan perawat disana. Saya terus memberikan pertanyaan kapan operasi akan dimulai, namun perawat hanya menjawab sebentar lagi. Hal itu membuat saya merasa gugup dan panik, akan tetapi saya mencoba untuk tetap tenang.

setelah beberapa menit, seorang suster datang membawa kursi roda dan meminta saya untuk duduk. Awalnya saya menolak karena takut karteter yang dipasang menimbulkan rasa sakit. Namun oleh suster saya diminta untuk duduk saya. Sambil mendorong kursi roda, suster itu bilang agar saya selalu berdoa supaya dilancarkan semuanya.

Selama menuju ruang operasi, mulut saya selalu komat kamit tak berhenti. Suami saya juga tidak ketinggalan terus berdoa dan menguatkan saya, ruang operasi ditutup dan saya melihat suami saya dengan mata penuh harapan agar saya dapat kuat menjalani operasi ini.

Sampai diruang operasi, saya langsung disuruh untuk ganti baju operasi dan langsung disuruh untuk berbaring untuk menunggu pindah ruangan. Para dokter kesana kemari mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan. Bahkan saya beberapa kali ditanya mengenai data yang kurang lengkap serta saya memiliki alergi antibiotik apa, dan lain sebagainya.

Pada saat, tempat tidur didorong saya sudah semakin pasrah dan hanya bisa berdoa terus kepada Tuhan. Sampai diruang operasi, ternyata ruangan ini lebih terasa dingin daripada ruangan sebelumnya. Alat-alat sudah tertata rapi, lampu operasi sudah terang dan tubuh saya diangkat ke meja operasi.

Rasa takut yang saya rasakan berubah menjadi rasa kepasrahan dan berharap semuanya berjalan dengan lancar, saya dan bayi saya sehat. Jempol saya dipasang alat sebagai pengecek deyut nadi, hidung saya dipasang alat oksigen. Selanjutnya saya diminta untuk memeluk bantal dalam keadaan duduk dengan posisi badan dilemaskan agar tulang belakang saya tidak tegang ketika di suntik.

Setelah saya diminta untuk berbaring kembali, dada saya dipasang kain berwarna hijau untuk menutupi bagian perut ke bawah. Mungkin tujuannya agar pasien tidak melihat proses operasi yang dilakukan. Dokter mulai membersihkan bagian perut saya menggunakan alkohol dan saya diminta untuk mengangkat kedua kaki, terasa berat dan kaki saya hanya bisa diangkat sekitar 10cm sampai saya tidak bisa merasakan kaki saya lagi.

Selanjutnya dokter melakukan pembedahan dibagian perut, yang saya rasakan sayatan tidak terlalu panjang, setelah menunggu beberapa waktu dokter mengatakan bahwa anak saya sudah keluar dan berjenis kelamin perempuan, cantik dan semuanya normal. Rasa panik dan takut yang saya rasakan sebelumnya berubah menjadi perasaan haru dan  bersyukur semuanya berjalan lancar.

Setelah obat bius yang diberikan habis, muka saya terlihat pucat kembali karena sudah merasakan rasa sakit, panas akibat sayatan dan saya sudah boleh dipindahkan ke ruang perawatan. Dan terasa bahagianya saya bisa menyusui bayi saya. Rasa sakit yang terasa seketika hilang setelah melihat bayi saya.

Namun, rasa sakit yang saya rasakan tidak kunjung sembuh bahkan ketika sudah keluar dari rumah sakit. Bahkan saya sempat tidak bisa melakukan apa-apa sampai menyusui bayi saya pun terasa berat. Akhirnya teman saya menyarankan saya untuk mengkonsumsi kapsul kutuk premium. 

Kapsul kutuk premium ini Ini merupakan obat herbal yang terbuat dari ikan kutuk / ikan gabus. Teman saya menyarankan, karena dia sudah pernah mencoba kapsul kutuk premium dan memang benar ampuh. Luka pasca operasi cepat sembuh dan produksi ASI juga bertambah. Saya membeli kapsul kutuk premium melalui marketplace Shopee namanya CSERMAGIZIDAT dengan harga Rp. 230.000 isi 60 kapsul.

Saya mengonsumsi 3 kapsul kutuk premium setiap hari selama sekitar 1 minggu, dan hasilnya memang benar ada. Luka pasca operasi caesar saya sudah mulai kering dan tidak terasa sakit lagi. Bahkan Produksi ASI saya sedikit mengalami penambahan. Saya berpikir tidak sia-sia saya mengeluarkan biaya yang cukup banyak untuk membeli kapsul kutuk premium tetapi hasil yang di berikan sesuai dengan harga tersebut.

Itulah pengalaman saya seputar melahirkan caesar dengan pengobatan kapsul kutuk premium. Bagi ibu muda jangan khawatir dan tetap semangat, kalian pasti bisa. Jangan takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun