"kamu tidak bosan apa belajar dikelas. Propagandanya "hanya jadi kambing-kambing? dengan dosen-dosen yang tak tahan dikritik itu".
"kalau untuk organisasi belum bisa" nadanya halus. "karna kebetulam lagi bantu ibu jaga caffe", jawabnya.
"tapi kalau ikut komunitas diskusi inshallah mungkin nanti dicoba atur  waktunya".
"Baiklah, Â nanti kukabari".
Sebelum itu : "Nir aku boleh mintak kontak whatsappmu ngak?, agar mudah dihubungi", bunyinya yang mirip suara guruh (serak basah), dengan rasa urat malu yang sudah putus. Berani,berani,berani!! (umpat-nya).Â
Seketika tangan kananya si Sayak ditarik terlentang kedepan  agak terasa gesekan sesama kulit tangan yang lembut dan dinggin tersentuh dipegang, dengan menodong pena menulis angka-angka yang berasal dari Arab di tanganya. Dengan senyuman yang nampak gingsulnya itu, dengan kerudung yang mirip-mirip gadis Melayu, bulu lentik matanya terasa sangat dekat.
Peristiwa itu membuat aku inggin berpuisi:
Dikala Adam murung disurga tanpa siapapun pendampingya,
Tuhan dengan belai kasih dan selalu maha tahu setiap apa yang hambanya pikirkan,
Terciptalah Hawa dari tulang rusuknya Adam, dan iyalah yang menjadi pendamping...
Peneman dikala suntuk dan sunyinya Adam.
Ini lah peristiwa besar, awal munculnya peradaban manusia ....
***
29/04/20
Nadim Al-Lande