Begitulah matinya demokrasi diruang kelas, begitulah pula bibit feodalistik  disemaikan dibangku kelas(pendidikan kini manah bisa dipercaya). Bagiknya diruang kelas sangat membosankan. Siyalnya Ilmu dikelas pun jarang pernah di dapatkan, namun tak sampai bersedih hati galau tak berkesudahan (yang penting bergelar dan misi orang tuanya pun akan segera iya usaikan). Ilmu dikelas tak berbuah, tak mengapa "asalkan baginya selama ada perpustakaan, disitulah ada kemerdekaan", pandangan ini juga menitik beratkan pada ungkapan yang indah, apalah artinya sukses bila tidak dibarengin dengan "barang siapa bersungguh-sungguh pastikan iyaa akan mendaptakanya". Kegelisahan yang mengerikan.
Usai perkuliahan, tradisinya yang menjadi ritual peribadatan yang iya anggap sebagai rumah paling suci iyalah ke perpustakan yang ada di kampus. Wah perpustakan kian ramai, siang itu. Namun bila diperhatikan dengan seksama selalu dalam keramaian itu terlihat pada kemirisan. Siyalnya, Mahasiswa bukan lagi hendak membaca buku berlama-lama yang karna benar-benar ingin menambah ilmu sperti Negara-negara maju. Mereka hanya akan membaca, disaat menerima perintah tugas dari sang pengembala dan mereka juga pikir dengan belajar dikelas berati sudah selesai tak perlu lagi ada membaca, berorganisasi dan lain sejenisnya.
Dalam bayang-bayang itu, rutinitas ini dilakoni terus menerus oleh mahasiswa yang tidak sadar akan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kualitas pribadinya sendiri. Hal hasil, seberapa banyak mahasiswa yang tamat keluar dari kandang kambing tetap menjadi kambing. Walaupun bahkan dengan nilai IPK yang membangakan, tak akan menjamin. (mahasiswa di identikan sebagai Agen of Change didalam masyrakat).
Satu persatu dengan sorotan tajam melihat rak rak buku yang sudah berdebu, mulai mencari buku yang hendak di raba oleh jemari tangan, Membaca deretan buku-buku dirak-rak perpustakan, dengan cermat akan memilih buku-buku kesukaan tentunya. karna untuk dirampok dibawak pulang.
Tak lama kemudian buku yang inggin dicarik ketemu juga, buku yang sempat dilarang oleh orde keparat: Tan Malaka yang berjudul Mandilog. Menjadi sembunyiaan di dalam bajunya. Teknik merampok buku, harus mengunakan kaos plus jaket kebesaran agar mudah di selip dipingang badan.
Suasana kala itu agak ramai namun orang-orang sibuk dengan berbagai aktivitasnya. Setelah berhasil iya selipkan di pingang badannya. Terasa ada yang aneh melekat sentuhan jemari alus dipundak kanannya. Seketika suasan mencekam agak dingin pasi tak berkutik langsung badan kurusnya, tegang tapi don't panic. Tatkala tubuhnya membalik berhadapan menoleh kebelakang. Sambil tanganyanya di raba dan iya toleh ke tangan kanan yang memegag lembut dan bau harum parfumenya yang menyengat khas itu.
Sayak... sayak...
Ssstttt, jariku mengangkat memberi symbol dibibir, dengan wajah kagetan pucat pasi.
"Astaga nirrr, ku pikir siapa tadi", saut suara paraumya yang agak berbisik-bisik bekeringat dinggin.
Lemparan wajahnya menatap sadis dengan tersenyum manis, dan agak mengoyangkan kiri kanan kepalanya. Nira adalah adik kelas, sering ketemu tapi dikelas jarang bersapa condong mebisu. Pertemunya bukan hanya sekli dua kali, tapi iya tetap acuh. adik-adik kelass sering kali loncat mata kuliah smester atas. Suatu ketika si Sayak kadangkala iya sering memantau ingin tau, tapi sekilas dan melupa. Nira wanita yang manis agak pendiam dan lumayan cerdas bila diajak diskusi. hal itu pula sangat mengagumkan. sebagai laki-laki normal iya tergoda dan otaknya mesum. Saat berada dikelas, sedang berlangsung mata kuliah, Kadang kala hasrat imajinasinya tetang dia meronta tak tertahan oleh bujuk rayu wajahnya yang barangkali tidak hanya iya yang merasakan fenomena tersebut. Yaaa Tuhaannn...
Ketika si Nira sadar, ada mahluk asing bertingkah aneh seprti sedang mengawasinya dengan mata curiga. Tatkala iya sempatkan menoleh kesamping, tatapan matanya pun mengundang untuk di terawang.  sering kali mata si sayak yang penasaran tegiur untuk membaca apa yang ada disebalik tatapan  matanya. Tatapan matanya yang begitu indah, seperti ada yang hendak inggin dikisahkan, barang kali beberapa kalimat, sepengal kalimat, atau satu paragraph dan seterusnya.
Ouhhh, nira ...
"Bila mata bertentang mata, hati didalam bagai nak gilaa".