Beberapa waktu lalu, dunia bisnis dan hiburan digemparkan oleh pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh HYBE tentang pengunduran diri HYBE dalam perebutan akuisisi SM Entertainment, tepat setelah pertemuan negosiasi antara HYBE dan KAKAO berlangsung.
Siapakah SM Entertainment?
SM Entertainment, didirikan pada tahun 1995 oleh penyanyi Lee Soo Man hanya dengan modal sebanyak 50 juta won atau setara dengan 37.600 dolar Amerika Serikat. SM Entertainment merupakan pelopor industri K-Pop, mendahului dua agensi saingannya, yaitu YG Entertainment dan JYP Entertainment. Tiga agensi hiburan tersebut kemudian mendominasi pasar global hingga mendapat julukan 'Big 3', yang berarti 3 agensi hiburan yang menjadi bagian dari sejarah perkembangan industri musik Korea Selatan.
Selama bertahun-tahun lamanya, industri musik Korea Selatan dikuasai oleh 'Big 3', hingga akhirnya BTS muncul dan mulai mendapatkan ketenaran yang luar biasa secara global, yang kemudian berdampak kepada pertumbuhan agensi hiburan yang menaunginya, yaitu HYBE atau yang sebelumnya bernama Big Hit Entertainment.
SM Entertainment, merupakan pilar industri musik Korea Selatan. Peran SM Entertainment dalam kesuksesan K-Pop di mata dunia sangatlah besar. Hal tersebut berawal dari kesuksesan artis naungan mereka, yaitu BoA, yang sukses menduduki puncak tangga musik Jepang. Setelah pencapaian BoA tersebut, banyak artis Korea Selatan lainnya yang berani memulai kegiatan dan promosi mereka di luar negeri, berawal dari wilayah Asia kemudian menjalar ke Amerika Serikat dan Eropa.
SM Entertainment merupakan agensi hiburan yang menaungi banyak artis populer seperti H.O.T, BoA, TVXQ, Super Junior, Girls' Generation (SNSD), SHINee, f(x), EXO, Red Velvet, NCT, Aespa, dan masih banyak lagi. Saat ini, SM Entertainment merupakan agensi hiburan terbesar kedua di Korea Selatan berdasarkan market value sebesar 2,8 miliar dolar Amerika Serikat, sedangkan posisi pertama ditempati HYBE dengan market value sebesar 5,5 miliar dolar Amerika Serikat.
Perseteruan Keluarga Lee
Lee Soo Man (70), yang dianggap sebagai 'Godfather of K-Pop', tidak memiliki jabatan resmi apapun di manajemen SM Entertainment selama bertahun-tahun setelah mengundurkan diri dari board of directors pada tahun 2010. Lee Soo Man justru fokus mengerahkan kemampuan dan pengaruhnya melalui perusahaan swasta yang ia dirikan untuk membantu ekspansi global industri hiburan dan menawarkan layanan manajemen serta pelatihan, yaitu Like Planning.
Perseteruan ini diawali oleh keputusan keponakan Lee Soo Man sekaligus CEO SM Entertainment, yaitu Chris Lee, bersama Tak Young Jun untuk mengakhiri kontrak bisnis SM Entertainment dengan perusahaan milik Lee Soo Man, yaitu Like Planning. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kekecewaan perusahaan terhadap Lee Soo Man yang dinilai serakah dalam meraup keuntungan dari perusahaan. Dengan diakhirinya kontrak bisnis tersebut, kini Lee Soo Man tidak memiliki hak untuk mencampuri kewenangan produksi maupun manajerial perusahaan.
Gesekan keduanya semakin memanas setelah Chris Lee menyebut Lee Soo Man sebagai "Emperor of SM Empire' dalam sebuah video YouTube dan mengkritiknya karena menuntut kesepakatan bagi hasil yang tidak menguntungkan dan merusak manajemen SM. Chris Lee juga mengatakan bahwa ia telah memberitahu Lee Soo Man pada bulan Januari lalu bahwa mulai saat ini ia akan membuat keputusannya sendiri sebagai CEO SM Entertainment. Sebagai tanggapan atas perilaku keponakannya, Lee Soo Man mengatakan bahwa ia merasa sakit hati atas kalimat-kalimat yang dilontarkan keponakannya tersebut.
Perang Akuisisi