Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Para Pengungsi di Lautan

17 Oktober 2024   03:16 Diperbarui: 17 Oktober 2024   08:14 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ikan-ikan menunggu santapan dari para pejihad yang tak mempunyai akal. 

Bukankah mati konyol adalah jalan kesesatan.

Namun pilihan hanya ada satu. Mengungsi atau mati sia-sia di negeri sendiri.

Sambil kau peluk dirimu yang kedinginan dari badai malam yang terus-terusan menghantam.

Sementara yang lainnya juga seperti yang kau lakukan. Memeluk sambil menangis bahwa kematian sebentar lagi pasti datang.

Pelan-pelang perahu lenyap ditelan gelombang. Camar-camar lalu bermunculan bagai kabut di percikan badai.

Di paruhnya membawa ribuan kembang dari daratan yang penuh pemberontakkan.

Ketika air asin memenuhi perut dan tangan-tangan menggapai permukaan.

Seketika kamu rasakan beban deritamu sedikit ringan bagai tarian masa kecil saat hujan datang.

Tak disangka kamu bertemu seluruh keluargamu disebuah pesta jamuan makan malam.

Mereka saling diam tanpa senyum seperti ada sesuatu yang disembunyikan di meja makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun