Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Jamaah Terakhir

23 Mei 2024   23:22 Diperbarui: 23 Mei 2024   23:25 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kakeknya yang paling sayang terhadap dirinya harus pergi juga untuk selamanya akibat serangan jantung. 

Lelaki yang puluhan tahun mengurusi masjid itu jatuh saat membersihkan teras masjid sehabis subuh. 

Tidak lama setelah itu Latif sering merenung sendiri. Sering melamun. Jarang tersenyum. Kadang-kadang ia menangis sedih.

Dari dulu ia memang tak betah di rumah lebih sering berada di masjid namun semenjak kakeknya meninggal ia bimbang.

Kini hampir setiap hari ia kelihatan di parkiran mini market pinggir jalan dan tak jelas apa yang ia lakukan.

Sementara ibunya tak bisa berbuat banyak terhadap anak semata wayangnya. 

Kankernya terus menggerogoti hingga ke tulang belakang.

Sementara itu. Latif yang tubuhnya kurus, kepalanya besar. Mulai berani mengatakan "terus,terus om, op".

Dan ia semakin paham apa yang ia tengah kerjakan.

Bila ada sisa uang hasil parkir ia berikan kepada ibunya.

Ibunya hanya menangis. Terus menangis. Lalu perempuan kurus itu berkata. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun