Konon katanya aku telah menghilang sejak tahun 1998 hingga saat ini belum juga ditemukan.
Gempar. Orang-orang saling bertanya. Saling beradu pandang. Antara takut dan bimbang.
Kemana lelaki kumal yang sering teriak-teriak dipinggir jalan bersama ratusan orang-orang dibelakang.
Menumpahkan kekesalan. Meluapkan kemarahan. Melampiaskan kata-kata sialan untuk ketidakadilan.
Ada yang bilang aku diculik. Namun aku tak percaya.Â
Apa untungnya menculik aku yang tak berdaya.
Sampai saat ini keberadaanku terus dicari kepelosok belantara dan kota-kota yang jauh.
Bahkan ada yang mencari ke dasar laut hingga ke pulau-pulau yang penuh kepiting merah serta ubur-ubur.
Tidak perlu lagi dicari lelaki kumal yang malang. Ia pasti sudah meninggal.Â
Tak ada satupun orang yang akan bertahan hidup bila matanya ditutup dan kepalanya dipenggal.
Kata seseorang yang identitasnya disamarkan. Serba gelap. Serba hitam.
Air mataku mengalir. Mulutku membisu ketika doa-doa sering ku dengar di kamis kelabu. Untukku yang hilang.
Handy Pranowo
23-Mei-2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H