Kuingat wangi parfumnya mengembang bagai bunga-bunga bermekaran keluar dari tubuhnya. Wangi parfum yang mengendap di hidungku hingga terbawa tidur. Wangi yang selama seminggu tak hilang di hapus mandi dan wudhu. Wangi yang mencegat mimpi-mimpiku.
Entah suka atau nafsu. Diam-diam aku mengaguminya. Aku menyukainya. Karena itu pula aku pernah mengatakan kepadanya bila ia butuh rangkaian bunga untuk memberi pelayanan extra kepada tamunya di suite lounge atau VIP tak usah sungkan juga tak perlu membayar. Aku akan mengirimnya segera kapan pun dibutuhkan seperti itulah janjiku kepadanya.
Tentu saja hal tersebut beberapa kali terjadi selama enam bulan bersamanya. Salah satunya yang ku ingat ialah saat tamunya mengeluh kepadanya saat kapal baru saja meninggalkan pelabuhan Civitavecchia, Roma Italia.
Lelaki yang di ketahui veteran perang itu tak terima dengan pelayanan yang di berikan oleh housekeeping hingga membuat gaduh di tempat Kyle bertugas. Koper milik lelaki tua tersebut telat di kirimkan ke kamar dan itu membuatnya terlambat berangkat menghadiri sebuah jamuan pesta bersama kapten kapal.
Koper yang telat di kirim itu berisi baju seragam dan pernak-pernik militer saat ia menjabat sebagai angkatan laut Italia. Setelah keadaan sedikit reda dan sang manajer housekeeping datang kepadanya untuk meminta maaf atas ketidaknyamanan tersebut. Tak lama si Filipina cantik itu menghubungiku.Â
"Hai florist, would you mine to help me, I need a bouquet for my guest"
Suaranya di ujung telepon begitu lembut dan menenangkan. Aku tak bisa mengelak. Ku dahulukan apa yang ia perlukan. Selesai semuanya. Ia memberi kedipan mata. Menempelkan badannya di tubuhku. Lebih dekat dari jantungku. Seketika aku panas dingin. Lautan di hatiku bergemuruh. Hawa suaranya pelan-pelan meraba telingaku. "Florist, I love you".
Aku tahu pernyataan itu hanyalah ucapan belaka bukan sungguh-sungguh lantaran aku telah membuat tamunya bungkam tak lagi mengoceh di depannya.Aku sadar dengan hal itu tapi Kyle telah membunuh imanku.
Di kapal pesiar ini banyak crew kapal wanita yang cantik dan seksi. Tetapi Kyle adalah pengecualian. Ia lebih dari itu bagiku. Seperti bunga yang tumbuh di jantungku. Aku tak berdaya bila di hadapan dirinya. Energinya begitu besar menghisap kelemahanku.
Bahkan tanpa ia meminta, satu tangkai bunga mawar setiap hari aku taruh di vas kecil di atas meja tempatnya bekerja. Dan satu lagi ku taruh di atas meja kabinnya. Apakah aku jatuh cinta kepadanya. Apakah ini yang di namakan cinta pandangan pertama.
Toh ia terlihat biasa-biasa saja kepadaku. Apakah aku terlalu terbawa perasaan. Baper. Terlalu bucin. Bisakah aku menjadikannya sebagai pacar selama kontrak kerjaku di kapal? Pikiran-pikiran itu kerap kali melintas di kepala.