Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terkenang Lautan

27 Oktober 2022   23:51 Diperbarui: 27 Oktober 2022   23:54 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telah lama ku tinggalkan pelabuhan besar serta kapal-kapal megah berlayar.

Telah lama tak ku lihat lagi tarian ombak serta senandung riuh angin lautan.

Senja di ujung samudera. Lumba-lumba yang berenang bersama.

Camar-camar putih melayang di udara.

Semua tak dapat ku lupa. Merentang jauh mengarungi lautan jiwa.

Tak juga tenggelam. Tak juga sirna. Meski sekian tahun telah berlalu menggerus usia.

Barangkali waktu tak lama lagi. Mengurai satu persatu kenangan yang tertinggal. Tak ada yang abadi.

Namun senja tak pernah pudar. Debur ombak kan selalu mengirimkan pesan.

Kepada kapal-kapal yang berlayar bahwa ada keheningan di balik gelisah yang terpendam.

Di kedalaman palung. Di antara batu-batu karang. Di jantung ikan-ikan yang berenang.

Di bibir pelabuhan ketika kabut pagi menutupi jarak pandang.

Dan betapa semua itu menjadi sebuah derita ketika engkau duduk menantiku penuh bimbang dan tanya.

Katamu. Rindukah engkau kepadaku duhai kekasih?

Bukankah yang sebenarnya lautan adalah diriku yang menantimu di dermaga biru.

Handy Pranowo

27 Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun