Dor, dor, dor.
Setelah beberapa kali tembakan di tujukan ke arahku.
Tubuhku pun koyak terluka. Aku tembok tak berdosa.
Namun tanpa darah dan aku tetap berdiri kokoh.
Hanya sisa-sisa selongsong peluru berserakkan di kakiku tanpa kata-kata.
Tanpa penyesalan dan air mata.
Jam dinding yang menempel di tubuhku tepat menunjukan pukul lima.
Sore hari yang nyaris sempurna.
Ke dua mataku menyimpan bayang-bayang kejahatan.
Histeris dan tangisan.
Jantungku berdebar namun lebih kencang gelombang gusar ketakutanmu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!