Ia baru saja pergi dari sini.
Kopi di cangkirnya belum juga habis.
Setumpuk air mata di tinggalkannya di atas meja.
Telah membeku. Terlalu lama di pendamnya.
Sekian tahun bertahan dengan kegetiran.
Siapa sangka nasib berakhir di bui.
Ia coba nyalakan api di dalam jantungnya.
Menerangi kegelapan ketika pintu jeruji terkunci.
Dan dingin dinding menetes di pori-pori.
Ia bercerita tentang malam pengkhianatan yang mengantarkan ujung pisaunya menyabet dada lelaki beristri.
Wajahnya merah, hatinya terbakar amarah.
Setelah itu tidak ada lagi yang di ingatnya selain tetesan darah dan penyesalan di atas luka.
Seketika tangisan meraung bagai air bah dan orang-orang datang mengunjunginya.
Bertanya-tanya ada apa gerangan.
Malam itu ia di bawa aparat naik ke mobil dengan pengawalan ketat.
Bara di hatinya mulai meredup namun belum pudar rasa kecewa.
Ia mencoba tegar di malam pengkhianatan itu.
Sambil berjalan keluar ia pun bergumam.
"mampus kau lelaki jalang"
Handy Pranowo
16-July-2022