Setelah tidak ada lagi yang di nanti.
Meski musim silih berganti.
Ku titipkan padamu seikat puisi dari ranting rindu yang pernah patah di musim hujan tahun lalu.
Dan aku tahu tak ada yang lebih baik dari ciumanmu.
Lengket dan amis.
Menempel di ujung kelamin.
Mengerat urat nadi tanganku.
Begitu tajam dan runcing.
Dari balik selimut kau lepas genggaman tanganmu.
Perlahan bayangan dirimu menjauh.
Matahari di luar jendela menjilati embun-embun.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!