Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Catatan Kelam

22 Mei 2022   08:44 Diperbarui: 22 Mei 2022   08:49 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku memilih jalan keliru, lembab dan berliku.

Terasa berpuluh-puluh tahun kabut melumuri wajahku.

Aku mendengar jutaan tangis dan jeritan.

Aku menyaksikan orang-orang miskin kesakitan.

Dan aku mendengar lirih batu nisan memanggil diriku dari kejauhan.

Tunggu, tunggulah dulu aku pasti datang.

Aku terus berjalan, bukit-bukit dan lembah masa depan terkoyak tanpa kepastian.

Dunia penuh topeng-topeng menjemukan, memuakkan.

Dan aku terlibat di dalam perkelahian panjang bersama mereka.

Apakah sebentar lagi ia datang menyembelih segala keinginan.

Apakah sebentar lagi ia datang dengan wajah yang seram menjijikan.

Jantungku berdegup kencang, aku di dera ketakutan.

Tuhan.

Aku melihat orang-orang kaya rakus berebut makan.

Aku melihat orang-orang miskin mati kelaparan.

Aku mendengar tangis dan dagelan perang.

Aku melihat hutan dan lautan mengerang.

Dan aku melihat diriku di dalam sebuah perkumpulan manusia tanpa kepala tanpa perasaan.

Handy Pranowo

22 Mei 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun