Aduh sayang cepetan dong jangan diam saja nanti keburu ia pergi tuh. Keburu ia benar-benar mati.
Yang di ajak bicara ternyata sudah tidur tinggal aku dan puisi saling berhadap-hadapan di dalam kamar yang remang.
Mata kami seakan-akan saling mengucapkan kata, tubuh kami berpelukkan dan tak lama puisi menangis.Â
Air matanya berguguran bagai kelopak bunga di tikam gerimis lalu ia pergi keluar lewat jendela dengan perasaan yang sedih.
"Puisi tunggu!" Kataku cemas.
Lalu ia berhenti dan aku pun segera menghampiri.
Ini ku berikan jantungku untukmu, biarlah aku mati dan kau tetaplah hidup sampai nanti".
Handy Pranowo
29 April 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H