Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kunang-Kunang Telah Mati

23 Februari 2022   22:43 Diperbarui: 23 Februari 2022   22:49 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunang-kunang telah mati jasadnya terkubur di malam hari.

Angin hening, sajak-sajak pingsan, bulan menggulung cahayanya menjatuhkan air mata.

Jangkerik dan burung hantu entah kemana pergi, rumah-rumahnya menjadi tembok dan pagar besi.

Tinggal lampu-lampu jalan berpendar di tengah semarak kota yang bising dan sumpek.

Udara di sana menampung batuk dan pilek sementara kita bernafas dari mulut yang penuh debu dan berlumut.

Dari tabung-tabung oksigen yang di kirim perawat melalui ambulance yang macet di tengah jalan.

Cuaca yang baik dan genit telah berganti iri dan dengki.

Mesin-mesin industri pongah terbahak-bahak mencintai kebohongan dari lelucon-lelucon ramah lingkungan.

Kunang-kunang telah mati dicakar kuku-kuku tajam tanganmu yang haus ambisi.

Handy Pranowo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun