Kunang-kunang telah mati jasadnya terkubur di malam hari.
Angin hening, sajak-sajak pingsan, bulan menggulung cahayanya menjatuhkan air mata.
Jangkerik dan burung hantu entah kemana pergi, rumah-rumahnya menjadi tembok dan pagar besi.
Tinggal lampu-lampu jalan berpendar di tengah semarak kota yang bising dan sumpek.
Udara di sana menampung batuk dan pilek sementara kita bernafas dari mulut yang penuh debu dan berlumut.
Dari tabung-tabung oksigen yang di kirim perawat melalui ambulance yang macet di tengah jalan.
Cuaca yang baik dan genit telah berganti iri dan dengki.
Mesin-mesin industri pongah terbahak-bahak mencintai kebohongan dari lelucon-lelucon ramah lingkungan.
Kunang-kunang telah mati dicakar kuku-kuku tajam tanganmu yang haus ambisi.
Handy Pranowo