Aku sedang memikirkan sebuah judul untuk puisiku yang belum rampung.
Sudah seminggu ini aku bingung judul apa yang cocok buat puisi yang syairnya tak mengandung untung.
Lalu aku mencoba mencari-cari judul yang pas dari sebuah tumpukan koran bekas dan juga iklan produk kesehatan.
Kok rasanya tidak ada satupun yang bagus, apakah harus ku biarkan puisi itu tanpa judul.
Ah sial, waktu mencari judul sudah habis, aku mesti berangkat ke stasiun untuk menjemput kekasihku yang datang dari kampung.
Di tengah perjalanan aku baru sadar bahwa dompetku tertinggal sedang di sana terlihat ada razia kendaraan.
"Wah gawat aku pasti tertangkap dan kena tilang" gumamku dalam hati yang merasa kalut.
Maka sejenak ku hentikan motorku dan menunggu di sebuah tikungan dekat rongsok pemulung yang kemarin baru saja kebakaran.
Selagi menunggu aku bakar rokok yang tinggal sebatang.
"Nah ya ketahuan, kamu ngumpet di sini, kamu pasti takut kena razia, mana surat-suratmu" seorang polisi bertubuh kekar dengan suara menggelegar mengagetkanku dari belakang.
"Maaf pak, bukan saya tidak patuh tetapi dompet saya ketinggalan."
"Dompet aja ketinggalan, jangan-jangan burungmu juga ketinggalan." gertak polisi hingga kumisnya jatuh berantakkan.
"Hah burung, sepertinya itu judul yang pas buat puisi saya yang belum rampung." mataku berbinar seolah-olah mendapat pencerahan.
Setelah selesai urusan dengan polisi aku lanjutkan pergi ke stasiun, sesampainya di sana kekasihku nyerocos bagai burung Poksay.
"Lama banget sih, udah hampir satu jam aku menunggu, dasar lelaki selalu tak pernah tepat waktu."
Dalam hatiku berkata "dasar perempuan suka lebay".
Handy Pranowo
15022022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H