Aku ingin libur menulis puisi dan memilih mendengkur saja.Â
Sudah lama aku tidak melakukan hal seperti itu lagi semenjak menikah.
Mumpung istri di rumah orang tuanya sedang ada urusan dan aku sendirian di rumah.Â
Barangkali ini waktunya berleha-leha.
Ku lihat cermin di kamar memantulkan kebosanan serta wajahku yang berantakan.
Buku-buku layu berserakkan dan enggan di baca.Â
Meja kayu terlihat penat menopang monitor 24inchi keluaran Korea.
Serta satu buah kotak kayu berukuran 10x20cm berisi peralatan make up oleh-oleh dari Jogya.
Sebuah buku diary bersampul singa masih setia mengaum meski nampaknya sekarang jarang di buka.
Di biarkan berdebu, beku, bisu tanpa kata.
Kalender tahun yang lalu belum di ganti percuma juga punya kalender baru toh sudah hapal dengan nama-nama hari.
Persoalan tanggal tak usah khawatir yang penting tak ada cicilan kendaraan ataupun urusan bank, hidup sudah pasti aman terkendali.
Kini apakah aku mesti bangun dari tempat tidur, menyalakan musik dangdut, berjoget dan senam perut.
Ah, santai sajalah mending aku balik lagi mendengkur.
Aku ingin libur, libur menulis puisi, membaca buku, mendengarkan lagu dan ku nikmati sendirianku tanpa mandi.
Pokoknya ingin libur, L-I-B-U-R. Blur.
Handy Pranowo
13022022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H